www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Belakangan ini banyak kejadian yang melibatkan para remaja. Di Ponorogo dan Pacitan, ratusan remaja mengajukan dispensasi nikah dini ke Pengadilan Agama. Kemudian, dua remaja berani menculik dan membunuh bocah 11 tahun di Makassar. Berbagai kasus tersebut tidak lepas dari peran orang tua yang menjadi garda depan dalam memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak menuju remaja hingga dewasa.
Dosen Psikologi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si., mengatakan, kasus-kasus tersebut memang disebabkan banyak faktor, bisa faktor lingkungan pergaulan, literasi digital anak, ekonomi, orang tua dan masih banyak variabel lainnya.
Menurut Riza, agar kasus yang serupa tidak terjadi di kemudian atau agar remaja tidak terjerumus dalam tindakan yang menyimpang, semuanya harus dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak; menumbuhkembangkan anak sesuai minat dan bakatnya dan memberikan pendidikan karakter dan menanamkan nilai budi pekerti.
“Tanggung jawab ini yang harus dipahami dan disadari orang tua. Keliru memperlakukan anak bisa berdampak pada masa depan anak itu sendiri bahkan secara tidak langsung berdampak pada kita sebagai orang tua,” ujarnya. Adapun beberapa yang harus diperhatikan orang tua yaitu,
1. Tanamkan nilai agama dan sosial
Nilai agama harus ditanamkan sejak dini kepada anak, agar mereka memiliki pondasi karakter yang kuat saat remaja hingga dewasa. Nilai agama ini tentu dimulai dari membiasakan anak menjalani ibadah atau perintah agama. Selain itu, juga perlu diperkuat aspek keteladanan dari orang tua.
Seiring pertumbuhan anak, perlu ditanamkan nilai sosial untuk memperkuat sikap sosial disamping sikap keagamaannya. “Anak kalau sudah memiliki nilai keagamaan dan sosial yang kuat, akan berpikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Nilai ini harus terus diperkuat hingga anak menginjak usia remaja bahkan dewasa,” jelasnya.
2. Perhatikan minat-bakat anak
Orang tua harus membantu atau membimbing anaknya agar menemukan minat dan bakatnya, termasuk memfasilitasinya. Ini tahap penting yang harus diperhatikan orang tua dan bisa menentukan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan anak. Anak yang sibuk dengan minat dan hobi positifnya tidak mudah terpengaruh aktivitas negatif dari luar sana.
3. Biasakan punya bercita-cita
Anak juga perlu dibiasakan untuk memiliki cita-cita masa depan. Masa depan yang baik perlu dibangun sejak dini. Selain itu secara berkesinambungan dikenalkan mana perilaku yang meruntuhkan masa depan dan mana perilaku yang membawa pada masa depan yang lebih gemilang. “Bicarakan dengan mereka seputar mau jadi apa mereka nanti dan bagaimana mencapainya,” tambahnya.
4. Ruang komunikasi
Sesibuk-sibuknya berkarir atau bekerja, orang tua harus membangun ruang komunikasi yang hangat dengan anaknya sehingga tercipta hubungan emosional yang semakin kuat. Tidak sampai di situ, orang tua juga perlu menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman bagi anak untuk membicarakan semua permasalahannya di luar sana.
“Nanti misalnya ada temannya yang mau mengajak ke mana atau melakukan apa, anak memberitahu atau bertanya kepada orang tuanya dulu. Bisa juga bercerita mengenai teman-temannya dan sebagainya. Ruang komunikasi yang nyaman inilah yang perlu dibangun,” bebernya.
5. Pengawasan
Anak tidak boleh terlalu ketat diawasi, tetapi juga tidak bisa dilepas begitu saja. Orang tua perlu mengawasi pergaulannya untuk memastikan lingkungannya tidak berisiko bagi anaknya ke arah yang tidak diinginkan. Selain itu, perlu mengenali setiap teman-temannya termasuk latar belakang orang tuanya.
“Bantu mereka untuk mencari teman-teman yang positif atau memastikan lingkungannya benar-benar mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Anak tidak boleh terlalu dibatasi, tetapi dilatih untuk bertanggung jawab,” terangnya.
6. Kenalkan literasi
Karena ini era digital, tentu literasi digital perlu ditanamkan. Selain itu, edukasi seksual harus mulai diberikan sejak dini. Orang tua harus membicarakan hal tersebut dengan anak. Bahkan dari anak usia dini sudah mulai dijelaskan bagian tubuh mana yang boleh dilihat-dipegang orang lain dan bagian tubuh mana yang hanya boleh dilihat dan dipegang sendiri.
“Ini penting karena nantinya anak bisa terhindar dari kejadian seperti pelecehan seksual dan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan lainnya. Jika anak sudah kita siapkan sejak dini, ketika remajanya atau dewasanya sudah punya jangkar sikap dan karakter yang kuat dan tidak mudah terpengaruh bisikan perilaku di luar sana,” tandasnya. [].
***
Penulis: Mohammad Dian Purnama
Editor: @zam Alasiah*
foto : Gambar oleh Tawny Nina Botha dari Pixabay
Share It On: