Dekan FIP sebagai ketua dewan penguji menyerahkan berkas kelulusan doktor bidang teknologi pendidikan kepada promovenda.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Ixsora Gupita Cinantya tampak bahagia setelah berhasil mempertahankan disertasinya dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor, Prodi S-3 Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Ruang Sidang FIP, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Kampus II Lidah Wetan pada Jumat, 14 Juni 2024.
Perjuangan dan jerih payahnya bolak-balik Jakarta-Surabaya akhirnya terbayar lunas dengan nilai yang memuaskan dalam ujiannya tersebut, yaitu 3.99 (IPK). Ya, promovenda, Ixsora Gupita Cinantya merupakan dosen Desain Komunikasi Visual (DKV), Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Semenjak menjadi mahasiswa doktor di prodi S-3 Teknologi Pendidikan UNESA pada 2022 lalu, dia harus membagi waktunya dalam sepekan, yaitu tugas mengajar di Jakarta, dan studi di Surabaya.
"Jaraknya lumayan ya, karena harus pulang pergi. Saya kira karena pandemi, kuliah bisa daring, tetapi ada tatap mukanya yang membuat saya harus membagi waktu ke Surabaya," ucapnya.
Tantangan jarak tak membuat Ixsora gentar untuk terus belajar. Tumpukan tugas di kampusnya pun tak membuat semangatnya padam untuk meraih gelar doktor yang diimpikannya.
Dia menekuni perkuliahan dengan sepenuh hati, tugas-tugas dilakukannya dengan gigih, sampai akhirnya dia mampu menuntaskan studi doktornya itu hanya dalam waktu 4 semester (dua tahun) kurang 2 bulan.
Ixsora resmi menyandang gelar doktor ke-117 prodi S-3 Teknologi Pendidikan UNESA. Usai ujian tersebut, dia membeberkan kiatnya bisa lulus doktor dalam kurun 2 tahun, yaitu memiliki rencana riset disertasi sejak awal perkuliahan. Rencana riset tersebut dimatangkan pada semester dua.
Promovenda bersama para promotor (pembimbing) dan dewan penguji internal dan eksternal.
"Semester dua itukan sudah ada pembagian pembimbing dan ada mata kuliah R&D (Research and Development), jadi di situ saya matangkan rencana riset dengan pembimbing termasuk mematangkan metodologinya lewat perkuliahan," bebernya.
Setelah matang di semester dua, rencana yang sudah menjadi rancangan risetnya itu naik ke sidang kelayakan dan proposal. Sehingga, pada semester tiga bisa mengumpulkan data baik untuk disertasi maupun untuk publikasi jurnal. Lalu pada semester empat bisa daftar seminar hasil dan promosi.
"Proses ini yang mentang, saya mengerjakan semuanya di sela-sela waktu mengajar. Kurang tidur itu hal yang wajar. Intinya, konsisten mengerjakan, dan tidak putus asa. Paling penting lagi yaitu intens komunikasi dengan pembimbing," kata Ixsora.
Pada ujian terbuka promosi doktornya itu, promovenda Ixsora Gupita Cinantya memaparkan disertasinya yang berjudul "Pengembangan Model Pembelajaran Problem Social Entrepreneurship untuk Meningkatkan Kemandirian, Kreativitas, dan Personal Social Responsibility pada Mata Kuliah DKV Packaging."
Disertasinya itu diselesaikan di bawah bimbingan, Prof. Dr. Siti Masitoh, M.Pd,, dan Dr. Andi Mariono. M.Pd. Sementara sebagai dewa penguji ujian promosi doktornya yaitu Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., Dr. Utari Dewi, M.Pd., Prof. Dr. Rusijono, M.Pd., dan Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.
Sementara, penguji eksternal yaitu Prof. Dr. Punaji Setyosari, M.Ed. asal Universitas Negeri Malang (UM). Kendati ada beberapa penguatan dari dewan penguji, hasil risetnya itu menghasilkan model baru yaitu problem social entrepreneurship.
Model tersebut merupakan hasil 'perkawinan metodologis' antara model pembelajaran problem base learning (PBL) dengan pendekatan sosial entrepreneurship.
Kombinasi dua model tersebut menghasilkan satu langkah model dengan karakteristik pendekatan sosial entrepreneurship. "Model ini bisa meningkatkan kemandirian, kreativitas dan personal social responsibility untuk memberikan sumbangsih ilmu dan pikirannya kepada masyarakat," ucapnya.[]
***
Reporter: Mochammad Ja'far Sodiq (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Tim HUMAS UNESA
Share It On: