Sejumlah narasumber diantaranya Toto Rahardjo, Fasilitator Pengembangan Masyarakat dari Indonesian Society for Social Transformation (INSIST) Yogyakarta hadir sebagai pembicara dalam webinar tentang masyarakat marginal oleh Pusat Gender LPPM UNESA.
Unesa.ac.id, SURABAYA–Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melalui Pusat Gender, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) menggelar webinar bertajuk "Pengorganisasian Masyarakat Marginal" pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Mewakili Kepala LPPM, Sjafiatul Mardliyah menuturkan, kegiatan ini berfokus pada isu-isu yang dihadapi kelompok marginal. Juga, membahas tentang bagaimana strategi pengorganisasian yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif dan kesejahteraan kelompok marginal secara berkelanjutan.
"Webinar ini adalah awal dari proses yang lebih panjang dalam memastikan bahwa suara dan potensi masyarakat marginal dapat benar-benar didengar dan diwujudkan dalam tindakan nyata," ucapnya.
Pada sesi materi, narasumber Rofik Jalal Rosyanafi, dosen Pendidikan Luar Sekolah UNESA, membahas secara mendalam mengenai ciri-ciri marginalisasi dalam masyarakat. Menurutnya, kelompok yang mengalami marginalisasi umumnya menderita diskriminasi dan subordinasi, berbagi rasa identitas kolektif serta beban bersama.
Kelompok marginal juga seringkali memiliki ciri fisik yang berbeda yang tidak disetujui oleh kelompok dominan, dan berbagai aturan sosial membatasi siapa yang dianggap "termasuk" atau "tidak termasuk" dalam masyarakat.
"Kelompok-kelompok ini biasanya memiliki akses yang rendah atau bahkan tidak memiliki akses sama sekali terhadap sumber daya yang dibutuhkan," jelasnya.
Ia juga menguraikan beberapa penyebab utama marginalisasi, di antaranya karena tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran yang melanda kelompok terpinggirkan. Selain itu, stereotip negatif yang sering melekat pada kelompok marginal semakin memperparah kondisi mereka, ditambah lagi dengan faktor budaya dan monopoli kebijakan yang dikuasai oleh kelompok dominan.
Semua ini pada akhirnya akan melemahkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelompok marginal.
Dosen UNESA, Rofik Jalal Rosyanafi menguliti faktor terjadinya marginalisasi sebagian kelompok masyarakat, dan upaya mengatasinya.
Sebagai rekomendasi untuk mengentaskan kondisi ini, ia menekankan pentingnya pendekatan melalui pendidikan non-formal. Ia menyarankan pelatihan keterampilan yang relevan bagi masyarakat marginal, program keaksaraan inklusif dan fungsional, serta upaya untuk meningkatkan kapasitas komunitas melalui pembelajaran sepanjang hayat.
"Program peningkatan kesadaran dan advokasi sangat penting agar masyarakat marginal bisa lebih memahami hak-hak mereka dan terlibat aktif dalam proses pembangunan sosial," pungkasnya.
Pada sesi berikutnya, Toto Rahardjo, Fasilitator Pengembangan Masyarakat dari Indonesian Society for Social Transformation (INSIST) Yogyakarta, menyampaikan penting untuk membangun hubungan dengan komunitas. Hal itu juga sebagai langkah awal dalam proses pengorganisasian masyarakat.
Ia menekankan bahwa membangun pertemanan atau persahabatan dengan komunitas menjadi kunci utama untuk memahami kondisi dan kebutuhan mereka. Tim juga harus bersedia belajar dari kehidupan mereka, bukan datang dengan pretensi menjadi pemimpin atau tetua.
"Yang paling penting adalah percaya bahwa komunitas memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri," ujarnya.
Proses pengembangan komunitas harus dimulai dari apa yang dimiliki masyarakat itu sendiri, sehingga setiap upaya pemberdayaan bisa lebih relevan dan sesuai dengan kondisi lokal. Proses pengorganisasian dimulai dengan pendekatan, kemudian dilanjutkan dengan memfasilitasi proses merancang strategi, mengerahkan tindakan, serta membangun sistem pendukung organisasi.
"Kita perlu memahami cara pandang yang digunakan oleh masyarakat dalam melihat masalah, sehingga solusi yang diberikan benar-benar sesuai dan efektif," tegasnya.
Diskusi yang berlangsung bukan hanya membuka wawasan baru, tetapi juga memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam mendukung pengorganisasian masyarakat marginal melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif. [*]
***
Reporter: Mohammad Dian Purnama (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: