www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Pusat Studi Literasi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) UNESA menggelar sarasehan daring (Sadaring) Nasional pada Sabtu (26/6). Sarasehan tersebut merupakan seri kedua dengan tema “Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar”. Narasumber yang dihadirkan yakni Guru Besar UINSA Prof. Dr. Kusaeri, M.Pd dan Guru Besar FIP UNESA Prof. Suryanti, M.Pd. Selain itu juga ada Dr. Anas Ahmadi, M.Pd selaku Dosen FBS UNESA.
Acara yang dipandu oleh Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd itu diikuti sebanyak 467 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Pusat Studi Literasi juga mengembangkan SARGAM yaitu Sarasehan Lewat Telegram agar semua peserta dapat tertampung dan mengikuti kegiatan sarasehan dengan baik.
Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. dalam sambutan sekaligus membuka acara menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu upaya UNESA melalui Pusat Studi Literasi, LPPM dalam menjawab permasalahan dan pertanyaan dari masyarakat maupun tenaga pendidik terkait penerapan asesmen pembelajaran di sekolah dasar.
Menurutnya, bahasan dalam acara tersebut sangatlah menarik, karena sesuai kebijakan Kemendikbudristek yang menekankan pentingnya asesmen kompetensi minimum (AKM) yang dimulai dari sekolah dasar. Selain itu, banyak dari kalangan tenaga pendidik yang membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang asesmen. “Dengan ini, semoga menjadi pencerah bagi para guru dalam menerpakan SKM di sekolahnya masing-masing,” harapnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Kusaeri, M.Pd. dalam pemaparannya mengatakan bahwa AKM adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan murid untuk bisa belajar. Apapun materi dan mata pelajarannya. Ia melanjutkan, materi AKM terbagi menjadi dua yaitu literasi atau baca tulis dan literasi numerasi.
Literasi yang dimaksudkan itu bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menganalisis dan menggunakan angka.
Literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika saja, melainkan kemampuan murid agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa sebuah materi. ”AKM dan survei karakter terdiri dari soal-soal yang mengukur kemampuan bernalar menggunakan bahasa, kemampuan bernalar menggunakan numerasi, dan penguatan pendidikan karakter,” ujarnya.
Selanjutnya, Prof. Suryanti, M.Pd mengatakan bahwa keterampilan membaca tidak terjadi dengan sendirinya. Namun, guru harus memperagakan dan mengajarkan bagaimana strategi berpikir dalam kegiatan membaca. “Ini adalah paradigma dalam proses pembelajaran sehingga asesmen mempengaruhi pembelajaran,” ucapnya.
Selain itu, mengacu pada hasil PISA 2012 bahwa mayoritas siswa usia 15 tahun belum memiliki literasi dasar membaca, matematika dan sains. Anak-anak Indonesia tidak akan berdaya saing jika di sekolah mereka tidak dilatih kecakapan hidup abad 21. “Seperti kemampuan berpikir kritis, membuat kesimpulan, memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan mereka pada konteks kehidupan nyata serta pada situasi yang masih asing,” terangnya.
Sementara itu, Dr. Anas Ahmadi, M.Pd menjelaskan tentang “Asesmen Literasi Membaca dan Numerasi”. Anas menuturkan bahwa seringkali asesmen dalam pembelajaran masih bersifat parsial dan belum menyentuh pada seluruh aspek. "Sehingga hasil dari asesmen literasi membaca dan numerasi juga masih rendah dan belum memberikan hasil yang memuaskan," ujarnya.
Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd menyampaikan bahwa sarasehan secara daring ini merupakan wujud kepedulian LPPM Unesa melalui Pusar Studi Literasi untuk tetap memberikan yang terbaik untuk para guru maupun masyarakat. Ia berharap sarasehan literasi ini dapat bermanfaat bagi guru, mahasiswa maupun seluruh peserta dalam penerapan asesmen kompetensi minimum di tengah pandemi Covid-19. (Humas Unesa)
Share It On: