www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA – World Osteoporosis Day (WOD) atau Hari Osteoporosis Sedunia (HOS) sejak 1996 diperingati setiap 20 Oktober. Peringatan tahun ini mengangkat tema "Step Up for Bone Health" atau "Langkah untuk Tulang yang Sehat".
Osteoporosis merupakan kondisi kurangnya kepadatan tulang sehingga menjadi keropos dan mudah patah. Penyakit tulang ini memang jarang menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.
Melansir laman WOD, satu dari tiga wani tadan satu dari lima pria berusia 50 tahun keatas menderita osteoporosis hingga patah tulang. Nah, tujuan dari peringatan WOD adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya menjaga kesehatan tulang.
Angka Penderita
Osteoporosis oleh World Health Organization (WHO) dimasukan kedalam daftar 10 penyakit degeneratif utama di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia itu mencatat, sekitar 200 juta orang di dunia menderita osteoporosis.
Bagaimana dengan di Indonesia? Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) mencatat, prevalensi osteoporosis di Indonesia sudah mencapai 19,7%. Data dari Kemenkes menyebutkan prevalensi osteoporosis di Indonesia sekitar 10,3 persen. Artinya, dua dari 5 penduduk Indonesia berisiko osteoporosis.
Penyakit tulang keropos ini bisa menyebabkan risiko komplikasi seperti fraktur bisa memicu perdarahan, emboli, cedera kepala yang menyebabkan kematian.
Faktor Penyebab
Apasih penyebab osteoporosis? Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO., dosen Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) UNESA menjelaskan bahwa osteoporosis disebabkan karena adanya penurunan kemampuan tubuh dalam meregenerasi tulang sehingga kepadatannya berkurang.
Ini biasanya terjadi mulai usia 35 tahun (faktorusia). Tulang keropos juga disebabkan karena faktor genetik dan gangguan hormon.
Selain itu, juga disebabkan faktor kebiasaan atau pola hidup sehari-hari termasuk pola makan, jarang berolahraga, kebiasaan merokok hingga konsumsi obat-obatan tertentu. “Kalau pola makannya seimbang terutama vitamin D dan kalsiumnya bagus, olahraganya teratur maka resikonya berkurang,” bebernya.
Salah satu penelitian, kata Kunjung, menunjukan bahwa genetik Asia memiliki risiko lebih besar mengalami osteoporosis dibandingkan genetik hispanik dan Afrika.
Gejala Osteoporosis
Dia menambahkan, penderita osteoporosis bisa mengalami berbagai gejala berupa, patah tulang ketika terjadi benturan ringan, terjadi nyeri bagian punggung dalam jangka panjang, postur badan membungkuk dan berkurangnya tinggi badan.
“Ada temuan atau tanda klinis lain yang mudah diamati seperti perubahan postur tubuh seseorang yang sebaiknya harus langsung dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter,” ucapnya.
www.unesa.ac.id
Langkah Pencegahan
Kunjung membeberkan, osteoporosis tidak datang dengan tiba-tiba, tetapi merupakan tabungan masa lalu seseorang yang mulai terasa pada usia tertentu. Bagi penderita osteoporosis harus menjaga atau mengatur pola makan dan menghindari aktivitas yang beresiko menyebabkan benturan pada tulang. Adapun langkah pencegahan yang bisa dilakukan menurutnya yaitu;
1. Berolahraga
Olahraga secara rutin dapat meminimalisir risiko tulang keropos atau osteoporosis. Olahraga yang ini mulai dari yang agak berat seperti angkat beban, jogging, latihan keseimbangan, berjalan di atas bidang lurus, senam dan sebagainya.
“Kalau bisa olahraga ini diatur jadwalnya. Ini penting diperhatikan. Olahraga tidak hanya menjaga kita dari tulang keropos, tetapi juga menurunkan risiko berbagai penyakit lainnya. Dengan olahraga, sirkulasi hormonal akan bekerja dengan baik seperti regenerasi sel juga berjalan dengan optimal dan kepadatan tulang terjaga,” terangnya.
www.unesa.ac.id
2. Gaya Hidup-Pola Makan
Tentu, olahraga juga perlu diimbangi dengan pola makan yang teratur terutama mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D. Kalsium bisa didapatkan lewat susu, keju, sayuran hijau, sari laut, kacang-kacangan atau biji-bijian.
Sumber vitamin D bisa didapatkan dengan mengkonsumsi jenis ikan laut, tuna, salmon, bisa minyak ikan, jamur hingga kuning telur. Juga ada di jenis sayur-sayuran seperti brokoli, bayam dan sebagainya.
“Langkah pencegahan harus dilakukan sejak dini, jangan mulai merasakan gejala baru sadar. Pencegahan lebih baik ketimbang mengobati. Pencegahan bisa dilakukan dengan olahraga rutin dan kalau bisa jangan merokok,” tandasnya. [HUMAS UNESA]
Penulis: Mohammad Dian Purnama
Editor: @zamAlasiah*
Foto/ilustrasi: indiffs.com/Tirto/Humas UNESA
Share It On: