Tahun ini Universitas Airlangga merayakan Dies Natalis ke-59. Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya dalam dunia pendidikan di negeri ini, Unair beberapa tahun terakhir secara konsisten memfasilitasi para guru untuk membuat blog pembelajaran. Sebagai kampus yang lebih fokus dalam dunia pendidikan, Rabu (23/10) Rektor Unesa, Muchlas Samani diundang menjadi pembicara utama dalam Konferensi Nasional Guru Blogger Indonesia 2013.
"Saya senang karena merupakan kesempatan baik bagi saya untuk berbagi kerisauan. Mumpung ketemu orang-orang dunia maya yang saya yakin selalu haus informasi dan tahu bagaimana caranya mencari informasi itu. Saya ingin berbagai kerisauan tentang bagaimana seharusnya dunia pendidikan menata diri di era cyber. Sudah agak lama saya merenungkan perubahan apa yang akan terjadi terhadap pendidikan ketika era cyber telah datang," ungkapnya mengawali pembicaraannya di ruang selasar lantai 4 Rektorat Unair, kampus Mulyorejo.
"Beberapa perguruan tinggi besar, misalnya MIT sudah mengunggah semua materi kuliah di web-nya. Semua orang dapat melihat dan mengunduh dengan gratis. Tentu tidak dapat melakukan interaksi dengan dosen dan juga tidak dapat mengikuti ujian. Kecuali mahasiswa yang terdaftar disana. Bahkan MIT juga mengembangkan BLOSSOMS (Blended Learning Open Source Science or Math Studies). Bahannya dikembangkan bersama dengan orang dari berbagai penjuru dunia. Dan hasilnya dapat dinduh oleh siapa saja tanpa membayar. E-book saat ini juga sudah mewabah. Harganya jauh lebih murah. Bahkan banyak "orang dermawan" yang mengunggah e-book dan semua orangdapat mengunduhnya secara gratis. Kalau sudah seperti itu, maka lantas apa tugas guru?" tambahnya di hadapan peserta konferensi yang merupakan guru pegiat blog pembelajaran itu.
Guru diharapkan tidak lagi menerangkan suatu teori karena penjelasan tentang hal itu sudah tersedia di internet. Pola pembelajaran akan mengalami perubahan fundamental pada masa mendatang. Kini tugas guru hanya perlu mendampingi dan memandu siswa dalam belajar. Sekali lagi bukan memberikan informasi melainkan mengarahkan siswa untuk memahami fenomena yang terjadi sembari menciptkan sikap kritis dan inovatif siswa dalam menyingkapi fenomena-fenomena yang terjadi itu.
Pada masa lalu, orang yang masuk Fakultas Hukum hampir pasti menjadi hakim, jaksa dan pengacara. Orang yang masuk IKIP hampir pasti menjadi guru. Orang yang masuk Teknik Sipil, hampir pasti bekerja di PU, menjadi konsultan bangunan atau bekerja diperusahaan kontraktor. Saat ini hubungan seperti itu semakin longgar. Banyak lulusan IKIP bekerja di perusahaan, menjadi pedagang bahkan menjadi politisi.
Fenomena itu menyiratkan gap antara pencari kerja dengan pencari karyawan, dan makin renggangnya hubungan antara latar belakang pendidikan dengan profesi yang ditekuni orang. Setiap hari Sabtu koran memuat begitu banyak lowongan pekerjaan. Di lain pihak, jika ada job fair ribuan anak muda antre mencari pekerjaan. Yang mencari karyawan susah mendapatkan, yang mencari pekerjaan sudah mendapatkan. Seakan ada ketidakcocokan antara yang dicari oleh perubahaan dan yang melamar pekerjaan. "Mari kita kaji apa yang harus ditata agar pendidikan sesuai dengan era cyber. Semoga fenomena koran hari Sabtu dan antrean di jobfair tidak terus berlangsung. Semoga kita menjadi pebelajar yang baik," ucapnya mengakhiri materi paparannya di konferensi nasional itu. (ms/byu)
Share It On: