![](/images/foto-06-11-2021-06-33-41-3764.png)
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes menjadi salah satu pembicara dalam Haryono Show XIV dengan tema ‘Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi’ pada Kamis, 04 November 2021. Pada kesempatan itu rektor berjejer dengan dua pimpinan perguruan tinggi lainnya, Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) dan Dr. H. Parji, M.Pd., Rekor Universitas PGRI Madiun (Unipma).
Prof Nurhasan memanfaatkan kesempatan itu untuk sharing pengalaman dan terjang UNESA menangani pandemi, sejak pemulangan mahasiswa UNESA di Wuhan hingga masa new normal. Ia menyampaikan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.
Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, bisa lewat riset-riset, inovasi, bantuan langsung maupun dalam bentuk pengabdian lainnya. Cara-cara itu ditempuh UNESA sejak sebelum kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, tepatnya pada saat menangani belasan mahasiswanya yang terjebak di kota Wuhan.
Awal pandemi di Indonesia, menurutnya UNESA bisa dikatakan sebagai perguruan tinggi pertama yang memiliki lembaga khusus penanganan Covid-19, saat itu diberi nama Unesa Crisis Center (UCC) dan sekarang bertranformasi menjadi Satuan Mitigas Crisis Center (SMCC). Lewan peran lembaga tersebut, UNESA terus mendukung pemerintah menekan laju penyebaran Covid-19. Mulai dari memproduksi hand sanitizer, hazmat, minuman herbal dan masker. Bahkan, Fakultas Teknik merancang robot dan drone khusus untuk membantu para tenaga medis di rumah sakit dalam penanganan pasien Covid-19.
Tidak sampai di situ, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, UNESA mengirim Duta Penggerak Perubahan Perilaku terbanyak se-Indonesia. Para duta tersebut bekerja sama dengan pemerintah lewat beberapa kementerian yang bertugas mengedukasi masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan dan menjaga pola hidup yang sehat. “Duta Perubahan Perilaku UNESA gak main-main dan terbanyak lagi, yaitu sekitar 7.868 mahasiswa,” ujarnya.
Ia melanjutkan, kunci menghadapi pandemi terletak pada tiga hal yaitu tetap dan taat mematuhi protokol kesehatan; memakai masker, jaga jarak dan rutin mencuci tangan. Kemudian menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan penting juga untuk mengikuti vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga potensi penyebarannya kecil dan terjangkit Covid-19 pun gejalanya tidak seberapa.
“Meski kasus ini landai, tetap saja prokes, vaksin dan PHBS itu penting dilakukan bahkan jadi kebiasaan sehari-sehari. Paling penting kita terus kolaborasi untuk mengatasi pandemi hingga tuntas,” katanya. “Saya berharap, kita tidak lengah, karena segala penyakit itu datang dari cara berpikir dan cara hidup kita sendiri. Jika gaya dan pola hidup kita sehat, pikiran kita sehat, insha Allah penyakit lewat,” tandasnya.
Prof Masrukhi juga menuturkan bahwa perguruan tinggi punya kontribusi besar untuk negeri, termasuk dalam pananganan pandemi. Ia menekankan bahwa kunci melawan wabah ada pada perilaku dan kebiasaan masyarakat, salah satunya taat prokes. Di Kampusnya, Universitas Muhammadiyah Semarang, meski kasus mulai landai, pembelajaran yang awalnya daring diarahkan pada sistem tatap muka terbatas dan bertahap dengan ketentuan wajib prokes ketat.
Selain itu, pihaknya juga selalu melakukan adaptasi dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan baik. “Seperti pembelajaran daring kolaboratif dan lintas disiplin, kegiatan relawan kemanusiaan mahasiswa (KKN Daring),” ujarnya.
Dr. Parji pada kesempatan itu sharing tentang pengalaman kampus yang ia pimpin dalam menghadapi pandemi hingga saat ini. Selama ini, Universitas PGRI Madiun (Unipma) mendapatkan respon baik dari masyarakat di Madiun dan sekitarnya baik dalam pengendalian pandemi maupun lainnya. Baginya, tugas perguruan tinggi tidak hanya mencetak para sarjana, tetapi juga menghasilkan lulusan yang siap dan bisa berkontribusi untuk masyarakat dan bangsa.
“Karena itu, program program yang ada di Unipma selalu dikaitkan bagaimana bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat, dan saat ini upaya-upaya yang telah dilakukan mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Madiun dan sekitarnya,” ujarnya.
Selain itu ia mengatakan bahwa dalam membuat dan melakukan program kegiatan UNIPMA selalu menggunakan rumus 3C (Concern, Commitment, Continuous). Concern yang dimaksud adalah perhatian dalam berbagai macam hal. Commitment memberikan komitmen yang baik, seperti dalam hal penelitian, kualitas pembelajaran dan bagaimana Unipma bisa memberikan nilai-nilai tambah kepada masyarakat. Selanjutnya, Continuous yang artinya semua kegiatan ini memiliki visi yang jauh kedepan. (Humas UNESA)
Reporter: Wulida
Editor: zam*
Share It On: