www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) terus menggencarkan kegiatan positif dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Terbaru, mereka melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan pembuatan batik ecoprint di Ponpes Internasional Al-Illiyin, Wringinanom, Gresik pada Selasa, 26 September 2023 lalu.
DWP yang dipimpin Dra. Endah Purnomowati Nurhasan, M.Pd., turut mengajak Ketua DWP selingkung UNESA serta tim ecoprint. Kedatangan rombongan DWP disambut hangat jajaran Ponpes Internasional Al-Illiyin.
Ustadz Arif Lukman Hakim, pengurus Ponpes Internasional Al-Illiyin mengungkapkan rasa syukurnya atas kedatangan rombongan DWP UNESA guna berbagai ilmu kepada para santri.
"Terima kasih sudah berkenan datang dan berbagi ilmu kepada kita semua. Insha Allah bermanfaat dan semoga tidak hanya dicukupkan dalam pelatihan ini, tetapi bisa terus berlanjut dengan kegiatan lain," ujarnya.
Endah Purnomowati Nurhasan Ketua DWP UNESA mendukung penuh kegiatan ini. Sebab, kegiatan pelatihan ini wujud kreativitas ramah lingkungan. Ecoprint ini dapat menjadi bekal keterampilan serta peningkatan kompetensi bagi santri.
"Keterampilan membuat batik ecoprint mulai dari yang sederhana seperti dari hijab ini nanti bisa dikembangkan jadi lebih beragam. Bisa jadi baju, gerabah, tas, dan lainnya. Santri akan mendapatkan modal ilmu dalam proses pembuatannya sehingga secara berkala bisa memanfaatkan ilmu tersebut," tuturnya.
www.unesa.ac.id
Kegiatan pelatihan ini menggandeng 60 santriwan dan santriwati yang didampingi secara langsung tim Batik Ecoprint dan DWP UNESA. Pengerjaan batik ecoprint membutuhkan waktu 2,5 jam dengan berbagai bahan pelengkap yang berasal dari alam. Seperti pewarna yang terbuat dari tanaman tegeran, tingi, secang, dan jalawe yang menghasilkan warna khas alam.
Proses pembuatan batik ecoprint memiliki 3 tahapan, yaitu. Pertama, pre-mordan, merupakan proses penghilangan zat kimia dengan merebus kain dalam larutan tro selama 1 jam lalu dibiarkan dingin dan diangin-anginkan.
Kedua, mordan, merupakan proses perebusan kain menggunakan tawas/soda ash dan cuka. Lalu kain dibiarkan kering tanpa terkena sinar matahari. Ketiga, pos-mordan, merupakan proses pengolahan kain dengan berbagai teknik ecoprint serta perendaman menggunakan larutan tunjung dan kapur.
Ketua tim Batik Ecoprint, Fitriya, mengungkapkan, proses mordanting menjadi kunci utama dalam keberhasilan pembuatan batik ecoprint. Rangkaian proses dalam mordanting mulai pre-mordan, mordanting, dan post-mordan harus dilakukan secara berurutan, tidak boleh terbalik ataupun ada proses yang ditinggalkan.
"Rangkain proses mordanting itu harus dilakukan dengan tepat agar bahan kimia luruh dan pori-pori pada kain terbuka dengan sempurna. Sehingga, kain mampu menyerap warna dan menghasilkan batik ecoprint yang cantik," jelasnya.
Setelah pembuatan batik ecoprint selesai, perlu waktu 2 jam untuk proses pengukusan. Pengukusan ini bertujuan agar warna yang terkandung pada tanaman bisa keluar dan menempel pada kain. Selama proses pengukusan, santriwan dan santriwati aktif mengajukan pertanyaan kepada tim ecoprint untuk mengenal lebih jauh mengenai pengolahan kain yang ramah lingkungan tersebut.
www.unesa.ac.id
Sebelum penutupan, DWP UNESA menyerahkan alat dan bahan pembuatan batik ecoprint untuk digunakan oleh santri agar dapat membagikan ilmu yang sudah didapatkan kepada santri lain.
"Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, para santri dapat mengembangkan sendiri menjadi hal yang lebih besar. Semoga dapat menambah wawasan para santri serta bisa memiliki kompetensi yang luar biasa," tutup Fitriya. [*]
***
Reporter: Hiline Wijayanti
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: