www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id,Surabaya- Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewargaan Negara (PMPKN) Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) menggelar seminar nasional (online) dan Call for Papers dengan tema Penguatan Identitas Nasional dalam Praktik Kehidupan Bernegara untuk Memperkokoh Integrasi Bangsa, (09/10). Kegiatan ini dilaksanakan melalui platform zoom serta disiarkan secara langsung melalui kanal youtube FISH.
Kegiatan yang diikuti lebih kurang 600 peserta ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Ramliyanto, SP., MP., Deputi VII Badan Intelijen Negara, Dr. Wawan Hari Purwanto, S.H., M.H., serta Deputi Dean of Student Affairs and Alumni Faculty of Law and International Relation, University Sultan Zainal Abidin, Malaysia, Dr. Suyatno Ladiqi.
Iman Pasu Marganda Hadiarto Purba, S.H., M.H., selaku ketua panitia menuturkan jika tema yang diambil dalam seminar kali ini cocok untuk mewakili kondisi saat ini. Iman berharap melalui seminar ini, generasi muda semakin memahami pentingnya identitasa bangsa.
“Bangsa ini butuh anak yang betul-betul mengenal identitas nasional dengan baik, sehingga mereka terlibat aktif dalam pencapaian visi negara ini,” ujarnya di sela melaporkan kegiatan pada peserta.
Senada dengan Iman, Wakil Dekan Bidang Akademik FISH, Dr. Ari Wahyudi, M.Si., juga menyinggung mengenai tema yang diusung pada seminar kali ini. Menurut Ari, seminar hari ini memiliki dua konsep yang tidak bisa dipisahkan, yakni identitas nasional dan integrasi bangsa.
Lebih lanjut Ari mengungkapkan jika konsep tersebut berasal dari common of value yang dibangun dalam kehidupan individu-individu sehingga menjadi collective of memory yang kemudian menimbulkan common of identity.
“Identitas kita itu jelas-jelas sudah dibangun melalui sebuah kesepakatan-kesepakatan nilai, yang tentunya berbeda dengan negara lain,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Suyatno Ladiqi kembali menegaskan betapa identitas ini sangat penting, terutama pada masa depan ketika teknologi semakin menggerus identitas melalui layanan atau fasilitasnya. Menurutnya, identitas merupakan benteng terakhir memahami masa depan. Oleh karena itu, Yatno kembali mengingatkan pentingnya menyadari menjadi sebuah bangsa.
“Identitas menjadi penting untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan yang kontemporer sekalipun,” ujarnya.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Ramliyanto sedikit mengulik mengenai lunturnya rasa nasionalisme yang dituangkan dalam 4 poin. Salah satu poin sangat sesuai dengan kondisi saat ini, yakni munculnya anggapan bahwa negara gagal mengatasi masalah nasional.
“Dari hal tersebut, hendaknya kita bisa menjadikan pelajaran. Selama negara masih tegak berdiri, selama merah putih masih berkibar, selama lagu-lagu nasional masih dinyanyikan di forum-forum, identitas negara ini masih relevan,” tuturnya.
Hal tersebut juga didukung oleh Wawan Purwanto. Dalam pemaparannya, Wawan kembali menekankan bahwa sebagai negara pancasila tidak bisa lekang begitu saja. Banyak negara-negara luar justru kagum dengan nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila.
“Ada sesuatu yang berkesan. Seperti nilai-nilai luhur yang ditekuni oleh bangsa lain dan itu luar biasa,” ujar wawan.
Untuk diketahui, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yakni 9 Oktober untuk pemaparan narasumber kunci dan 10 Oktober untuk pemaparan pemakalah. (ay)
Share It On: