Devano Nanda Oktova Latief di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Devano Nanda Oktova Latief, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fisipol UNESA lolos program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Co-Founding 2024 di kampus top Malaysia, Universiti Malaya (UM) yang masuk jajaran 100 universitas terbaik dunia versi QS World University Rankings.
Dia akan belajar selama satu semester di kampus urutan ke-60 dunia versi QS 2025 itu. Devano, nama sapaannya, menceritakan perjalanan meraih kesempatan tersebut. Dia termotivasi ikut IISMA karena teman-teman yang dia temui saat magang dan studi independen bersertifikat (MSIB) dan lomba.
“Teman-teman yang saya temui itu ternyata merupakan para awardee IISMA. Menurut saya mereka keren. Dari mereka saya dapat banyak cerita dan pengalaman, ketertarikan saya kuat di situ,” ucap mahasiswa MSIB Kompas Gramedia itu.
Dia memilih Malaysia karena negara tersebut memiliki budaya yang beragam dan menawarkan program pembelajaran yang sesuai dengan minatnya.
Beberapa program yang akan dipelajarinya meliputi course business application development, community development, organizational behavior, dan health, wellness, and fitness. Beberapa course itu memiliki keselarasan untuk mendukung apa yang dia cita-citakan.
“Saya ingin belajar membangun sebuah tim dan bisnis yang baik. Di UNESA saya sudah belajar hard skill, jadi di Malaysia ingin belajar cara mengorganisir orang dan bisnis,” ungkap mahasiswa semester 6 itu.
Perjalannya untuk menjadi awardee IISMA tidaklah singkat. Dia telah dua kali gagal dalam seleksi IISMA sejak tahun 2023. Semenjak itu, untuk mempersiapkan seleksi IISMA pada tahun 2024, dia mengikuti program FISH Mobility Program dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (sekarang menjadi Fisipol UNESA) di Malaysia sebagai humas di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan mengikuti perlombaan nasional maupun internasional.
Program-program tersebut menjadi tantangan baginya saat mendaftar IISMA, sebab regulasinya yaitu mahasiswa yang pernah studi luar negeri tidak diperbolehkan mendaftar. Untungnya, satu bulan sebelum penutupan, regulasinya berubah.
“Sebulan sebelum penutupan, saya baca lagi ternyata boleh. Yaudah saya intens buat tes bahasa Inggris, latihan interview, dan cari mentor buat review esai,” bebernya.
Setelah rangkaian persiapan tersebut, dirinya belum juga berhasil untuk lolos seleksi IISMA 2024. Keinginan yang kuat meyakinkan dia untuk mencoba lagi pada seleksi IISMA-Co dan dia lolos. “Jika kita mencoba, tentu ada kemungkinan gagal, tapi kalau tidak mencoba pasti kita kalah,” pungkasnya dengan yakin. [*]
***
Reporter: Farhan Bachtiar
Editor: @zam*
Foto: dok Devano
Share It On: