Unesa.ac.id, SURABAYA - Menulis, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai suatu hal yang biasa, bahkan terkadang jenuh. Namun berbeda dengan Wahyu Dian Andriana, Gadis kelahiran Probolinggo 9 Maret 2001 ini justru menjadikan hobi menulisnya untuk ditekuni hingga mampu menghasilkan sederet prestasi.
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini telah mengantongi berbagai prestasi bidang penulisan, khususnya puisi, bahkan ia sudah mampu menelurkan buku Antologi Puisi Berjudul “Komposisi Senyawa” pada 2019 lalu. Teranyar, mahasiswi ini berhasil menorehkan prestasi pada ajang Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional pada November lalu dan puisinya tersebut di bukukan dalam Antologi berjudul ‘Tentang Rasa dan Kata’.
Mahasiswi yang akrab dipanggil Dian ini mengaku awalnya bahwa hobinya itu bermula dari kesukaannya membaca buku. Terlebih, jurusannya sewaktu SMA, Kelas Bahasa mendukung minatnya tersebut. Dari membaca kemudian muncul keinginan untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan.
“Sampai suatu ketika saya iseng ikut lomba cipta puisi dan alhamdulillah dapat juara 1 tingkat nasional. Dari sejak menang lomba itu saya seperti menemukan passion saya di bidang menulis dan semakin yakin untuk menekuninya,” ceritanya. Dian kini makin aktif menulis di berbagai media dan sampai sekarang aktif sebagai penulis lepas. Ia terus meningkatkan kemampuanya hingga harus masuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA.
Ia menerangkan, inspirasinya dalam menulis tidak hanya bersumber dari pengalaman pribadi, tetapi juga didapatklan dari lingkungan sekitar seperti pengalaman orang lain dan kondisi lingkungan sekitar. Inspirasi menulis tidak hanya didapat dari pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki penulis tetapi inspirasi menulis bisa didapatkan dari mana saja.
“Menurut saya untuk menulis tidak hanya perlu membuka mata penulis, tetapi penulis juga harus membuka hati atau perasaannya sendiri. Sebab menulis itu harus melibatkan mata dan rasa agar tulisannya lebih menyentuh pembaca,” imbuhnya.
Perempuan 21 tahun ini beberkan seputar tema-tema puisi yang berhasil keluar menjadi juara. Adapun tema-tema yang dimaksud yaitu ‘Perasaan’ dan ‘Bias Semiotika’. Dua tema tersebut berhasil menjadi juara. “Saya ibaratkan puisi berisi tentang hitam dan putih karena terkadang antara perasaan dan kenyataan kadang tidak sesuai, sehingga sebagian besar orang selalu merasakan gejolak antara rasa dan logika, saya berusaha mengungkapkan gejolak itu,” katanya.
Dalam menulis dan mengembangkan potensinya, Dian tentu menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah ketika menghadirkan unsur rasa dalam setiap tulisan. Biasanya itu terjadi ketika penulis terjebak atau dikejar oleh deadline. Untuk mengatasi hal tersebut ia biasanya meminta pendapat orang terdekat.
Aada empat kiat menulis ala Dian; 1) menulis tentang apapun, di manapun, kapanpun. 2) belajar untuk menjadi sensitif dan selalu membuka mata terhadap kondisi sekitar, 3) Jadikan pengalaman diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan sekitar sebagai bahan ide menulis, 4) membaca, membaca dan terus membaca.
Di sela-sela kesibukan kuliah, Dian ternyata punya target. Ia ingin menyelesaikan buku keduanya untuk diterbitkan. “Semoga dalam waktu dekat ini bisa lolos seleksi penerbit besar. Mohon doanya,” harapnya. Dian juga punya cita-cita untuk membangun perpustakaaan di berbagai daerah. Ia berharap semoga semakin banyak generasi penerus yang ikut meramaikan, mengembangkan dan memajukan dunia literasi Indonesia karena yang terpenting adalah jangan takut memulai dan mencoba sesuatu karena gagal adalah proses untuk tumbuh. [Humas UNESA]
Penulis: Azhar
Editor: @zam*
Share It On: