www.unesa.ac.id
SURABAYA - Bakat Syabilla Rihhadatul Alfathunisa (15), atlet panahan Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional (SLOMPN) UNESA pada olahraga panahan mulai terlihat ketika dia berusia sembilan tahun. Ketika itu, dia ikut orang tuanya melihat pertandingan beberapa Cabang Olaharga (Cabor) di DKI Jakarta, termasuk panahan.
Sejak itu, Syabilla mulai mencoba memanah, dan ternyata tepat sasaran. Salah seorang pelatih pun terkesima dan melihat bakat besar dalam diri Syabilla terhadap olahraga panahan.
“Ketika itu saya diajak ayah ke GOR dan melihat lapangan panahan. Iseng mencoba memegang busur, pelatihnya bilang anak ini potensial. Dan, akhirnya berlatih sampai sekarang,” katanya.
Syabilla pun mulai serius menekuni olahraga panahan. Dia berlatih tekun dan mengikuti berbagai kejuaraan baik di tingkat lokal dan nasional, mewakili DKI Jakarta.
“Berlomba di tingkat daerah dan nasional ikut DKI Jakarta sampai sekarang,” tambahnya.
www.unesa.ac.id
Seperti diketahui, Syabilla Rihhadatul Alfathunisa (15), atlet panahan Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional (SLOMPN) UNESA berhasil meraih prestasi gemilang dalam even tingkat nasional. Dia berhasil memborong satu medali emas dan satu perunggu dalam even Piala Presiden yang berlangsung di Stadion Padjajaran, Bogor pada Selasa (4/7).
Di SLOMPN UNESA sendiri terdapat 24 atlet yang berlatih. Mereka berasal dari tiga cabang olahraga yakni panahan, taekwondo, dan renang. Para atlet muda ini menjalani pusat pelatihan dan Pendidikan di kampus bertagline satu langkah di depan itu dengan dibimbing para pelatih profesional. Mereka dipersiapkan untuk mengikuti berbagai even nasional dan internasional, baik PON, SEA GAMES, ASEAN GAMES dan Olimpiade.
Syabilla mengaku tidak mengalami kendala serius ketika bergabung menjadi peserta SLOMPN UNESA di Surabaya. Dia selalu disiplin dalam membagi waktu antara berlatih dan belajar, agar prestasi akademiknya tidak ketinggalan. “Dari pagi sampai sore latihan dan malamnya belajar, kalau minggu kan libur Latihan, kita belajar,” tambah siswa kelas tujuh Labschool UNESA itu.
“Kalau jenuh saya biasanya bilang ke guru, dan gurunya akan mengajak bermain seperti ada game. Kelas tujuh ada panahan, renang dan taekwondo,” tambahnya.
Syabilla mengaku, dalam olaharga memanah, dibutuhkan kemampuan menyatu dengan alam. Hal itu harus terus diasah untuk meningkatkan kepakaan dan feeling ketika membidik ke target sasaran. Selain berlatih secara tekun dan disiplin, dia harus menjalani meditasi, agar bisa membaca arah angin, ketika bertanding di lapangan.
“Itu sangat penting kemampuan membaca arah angin, agar kita tetap bisa membidik dengan tepat sasaran,” tegasnya.
Salah satu hal tersulit, kata Syabilla ketika dia harus mendapati pusaran angin ketika bertanding. Kalau sudah ada pusaran angin, biasanya dia harus membidik dengan cepat.
Di samping itu, Syabilla juga harus rajin membersihkan peralatan setiap hari. Itu dilakukan agar akurasi bidikan tetap terjaga. “Anak panah harus sering dibersihkan. Anak panah kan nempel di target, itu paling penting mendapatkan perawatan. Cara menjaganya ya setiap malam dicek agar tidak rusak,” tandasnya. (prs/sr)
Share It On: