Hari ini, penanggalan Masehi telah memasuki angka 1 Desember. Itu artinya 18 hari ke depan Unesa akan menginjak usianya yang ke-49. Apa yang telah diraih Unesa dan apa tantangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) ini memasuki pintu emas setengah abad? Rektor Unesa, Muchlas Samani menyampaikan bahwa Unesa telah menjadi perguruan tinggi favorit. Buktinya, peminat Unesa pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 telah melampaui Unair dan ITS. Mahasiswa Unesa juga percaya diri menjadi tuan rumah berbagai pertemuan mahasiswa tingkat nasional. Beberapa menteri dan pimpinan nasional telah hadir ke Unesa, misalnya Mendikbud, Menko Perekonomian, Menteri Kehutanan, Menteri BUMN, Wakil Ketua DPR, Dubes China, dan sebagainya. Unesa juga berhasil masuk dalam proyek 7in1 (seven in one) dengan bantuan Islamic Development Bank (IDB) bersama Universitas Syah Kuala (Unsyah) Aceh, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Tanjung Pura (Untan), Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat). Bahkan dalam proyek itu, Unesa ditunjuk sebagai koordinator. Proyek yang akan efektif mulai tahun 2014 dan memberi dukungan 39,2 juta dolar Amerika itu akan membuat Unesa dapat melengkapi sarana kampus atau bahkan mengubah wajah kampus Unesa. Dana perbaikan kampus yang selama ini menjadi problem akan teratasi lima tahun mendatang. Lalu, apa tantangan pokok yang dihadapi Unesa ke depan? Menurut rektor yang pernah menjadi direktur ketenagaan Dirjen Dikti ini, tantangan Unesa ialah masalah iklim akademik, integritas, dan kerjasama internasional. Sebagai organisasi, universitas memiliki ciri khas. Universitas tempatnya orang-orang yang memiliki kebanggaan keilmuan yang kadang-kadang agak berlebihan. Dosen dan mahasiswa universitas ternama sering melihat sebelah mata kepada universitas yang lebih kecil. Dosen dan mahasiswa fakultas atau jurusan top seringkali melihat sebelah mata kepada dosen dan mahasiswa yang kurang favorit. Pandangan semacam itu terkurangi kepada orang yang memiliki standing akademik kukuh. Walaupun tahu kalau Pak Budi Darma itu dosen Unesa, tetapi orang-orang Unair, ITS, UGM akan tetap respek karena kapasitas beliau. Hal serupa terjadi untuk Pak Mohamad Nur dan almarhum Pak Soedjadi, ucapnya. Jadi, Unesa ke depan harus memiliki standing akademik yang kukuh karena hal itu akan membuat Unesa dikenal luas dan yang lebih penting dapat terlibat dalam berbagai pengambilan keputusan di tingkat nasional. Selain itu, Unesa ke depan juga harus menjadi universitas yang berintegritas yang kuat karena untuk mengelola proyek IDB dengan dana 39,2 juta dolar atau sekitar 420 milyar diperlukan integritas kuat. Memasuki pintu emas setengah abad, Unesa pun harus makin dikenal secara global. Karena itu, kemampuan membangun jejaring internasional diperlukan. Era global memaksa semua universitas bekerjasama dengan universitas lain di luar negeri. Program double degree, pengiriman dosen dan mahasiswa, penelitian bersama merupakan contoh kerjasama yang harus dilakukan Unesa. (Byu)