www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Perangkat dan sumber daya manusia penggerak desa yang kuliah di UNESA jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau atau RPL Desa Bojonegoro mulai memasuki semester ketiga. Satu semester lagi mereka harus menuntaskan tugas akademiknya. Karena itu, semester ini mahasiswa harus mulai menggali topik penelitian dan mengerjakannya.
Agar mahasiswa RPL UNESA yang mencapai 604 orang itu memiliki gambaran dalam menyusun tugas akhir, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Dr. (HC) Abdul Halim Iskandar, M.Pd., membeberkan sejumlah tantangan di desa yang bisa digali dan dijadikan bahan tugas akhir.
Akuntansi
Gus Halim menyarankan mahasiswa untuk mulai melakukan telaah-telaah, misalnya untuk mahasiswa prodi Akuntansi bisa mengecek apakah perpajakan kegiatan pembangunan desa sudah benar atau tidak. Kemudian, mengapa masalah keuangan desa bisa muncul.
Selanjutnya, bagaimana dengan laporan keuangan Bumdes, apakah sesuai dengan Permendesa 136 2022. Bisa juga mengangkat persoalan data dan dokumen keuangan yang harus dikumpulkan dan bagaimana urutan dokumennya. Itu contoh-contoh permasalahan yang bisa digali di masing-masing desa mahasiswa RPL untuk menjadi karya tugas akhir bagi mahasiswa prodi Akuntansi.
“Telaah ini harus segera dimulai, sehingga bulan-bulan awal tahun 2023 ini mahasiswa RPL sudah menemukan problem dan dari situ dilakukan pendalaman untuk menemukan jawaban. Ketika itu ditulis, jadilah karya ilmiah seperti skripsi," bebernya.
Administrasi Negara
Gus Halim menambahkan, persoalan yang bisa dijadikan inspirasi tugas akhir mahasiswa prodi Administrasi Negara yaitu bisa penerapan azas-azas manajemen rasional di desa dan aspek manajemen yang harus disesuaikan dengan kondisi desa.
Bisa juga melihat dari aspek kearifan lokal desa yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Kemudian bagaimana langkah penyusunan kebijakan publik sesuai dengan cara penyusunan Perdes dan SK kades di desa. Bisa juga manajemen pelayanan publik yang diterapkan di desa dan lain-lain.
Manajemen
Bagi mahasiswa prodi Manajemen dapat menyoroti risiko pelaksanaan organisasi pemerintahan desa. Lalu, apa risiko organisasi bumdes saat ini dan apa saja barang yang perlu bumdes jual saat ini dan bagaimana cara menjualnya. "Ini tantangan yang kita hadapi saat ini dan harus sama-sama kita jawab bersama termasuk pemerintah atau perangkat desa," tandas Gus Halim.
Dari pengalamannya berkunjung ke berbagai lokasi, masyarakat desa disuruh bikin apa saja bisa. Banyak produk bagus di desa. Permasalahannya ada di sisi penjualan, karena masyarakat desa belum mengetahui cara menjualnya.
www.unesa.ac.id
Pendidikan Luar Sekolah
Selanjutnya, mahasiswa prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) bisa menggali problem yang sedang ramai dibahas seperti konsep profesi pendidikan nonformal yang diterapkan dalam sertifikasi pendamping desa. Bisa juga mahasiswa mengevaluasi kinerja pendamping desa, kemudian perbedaan kondisi psikologis sosial masyarakat desa dengan desa tetangga dan masih banyak lagi.
"Hari ini mulai ramai pilpres dan ini juga menarik untuk dikaitkan dengan kondisi psikologis masyarakat desa kita. Kemudian penerapan pendidikan keluarga dan kaitannya dengan parenting dan stunting. Ini juga menarik, karena masalah stunting bukan saja soal ekonomi, tetapi juga soal gaya hidup," bebernya.
Ada juga persoalan yang menarik lainnya temuan Gus Halim yang bisa digali mahasiswa RPL yaitu kondisi kurang gizi warga pesisir padahal ikan yang mereka dapat sehari-hari itu mengandung protein yang bagus. Ternyata, ikan hasil tangkapan masyarakat tidak dimakan, tetapi dijual dan hasil penjualan itu digunakan untuk membeli makanan cepat saji seperti mie instan.
"Ini tragis bangat. Padahal kalau kita lihat sejarah, tokoh-tokoh kita hampir 85 persen dari wilayah pesisir, karena waktu itu pemenuhan kebutuhan gizi warga pesisir jauh lebih bagus. Warga miskin di kawasan pesisir masih bisa makan ikan, tetapi warga miskin di perkotaan atau pegunungan misalnya sulit mendapatkan asupan protein dari ikan," ungkapnya.
Sosiologi
Gus Halim mendorong mahasiswa prodi Sosiologi untuk menggali permasalahan tersebut. Bisa juga menggali adaptasi pemberdayaan yang paling cocok untuk mengatasi permasalahan sosial di desa. Itu beberapa yang mungkin bisa mulai dieksplorasi mahasiswa di masing-masing desanya. Tugas akhir tidak perlu muluk-muluk atau amazing yang akhirnya tidak kelar-kelar.
"Cari persoalan yang sederhana berbasis permasalahan di desa. Nanti coba diskusikan antar teman. Mana yang menarik minat untuk dicarikan solusinya dan itulah yang bisa diangkat menjadi tugas akhir. Tugas akhir yang bagus adalah yang dikerjakan dan selesai," ucap Gus Halim memotivasi ratusan mahasiswa RPL desa tersebut.
Sebagai informasi, mahasiswa RPL desa di UNESA mencapai 604 orang. Rinciannya, S-1 Manajemen ada 96 orang, S-1 Pendidikan Luar Sekolah 29 orang, S-1 Sosiologi 75 orang, S-1 Administrasi Negara 281 orang dan S-1 Akuntansi 124 orang. Laki-laki 437 orang dan wanita 168 orang. Mereka mengikuti kuliah umum tersebut.
Kegiatan ini dihadiri jajaran Kemendes PDTT dan Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, Kepala Badan Pengembangan SDM Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta jajarannya. Dari UNESA dihadiri para wakil rektor, para dekan, jajaran pelaksana program RPL, kaprodi serta seluruh dosen mata kuliah masing-masing prodi. []
***
Penulis: Erza Angelia Putri/Fiona Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: