Guru besar FBS sekaligus Kapus Literasi UNESA memberikan penguatan seputar strategi literasi dalam pembelajaran.
Unesa.ac.id, SURABAYA–Pusat Studi Literasi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) gelar Advokasi Pengarusutamaan Literasi dan GESI (Gender Equality and Social Inclusion) pada Agustus (3/8/2024) di SMP Islam Terpadu At-Taqwa, Surabaya.
Kepala Pusat Literasi LPPM UNESA, Kisyani Laksono dalam kegiatan itu menyampaikan materi Strategi Literasi dalam Pembelajaran. Hal ini penting disampaikan karena banyaknya faktor memprihatinkan seperti kemampuan berliterasi yang rendah dan kesenjangan pembelajaran pasca-pandemi Covid-19.
Guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) itu menekankan, literasi bukanlah mata pelajaran, melainkan jenis kecakapan berpikir atau kompetensi seperti halnya karakter, numerasi, dan kecakapan hidup yang kreatif serta kolaboratif. Maka diperlukanlah strategi dalam pembelajarkan literasi kepada siswa.
Tujuannya untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Kemudian membentuk siswa yang mampu berpikir kritis, berkarakteristik dan memecahkan masalah.
Strategi Literasi
Adapun strategi yang digunakan adalah dengan membuat dan mengevaluasi prediksi, membuat visualisasi dan menanya. Lalu membuat keterkaitan, mengidentifikasi, membuat inferensi, dan mengevaluasi.
Strategi literasi tersebut dilakukan berdasarkan penerapan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan metakognitif dalam 8 aspek. Hal tersebut meliputi pemantauan pemahaman teks yang mana siswa merekam pemahamannya sebelum, ketika, dan setelah membaca.
Kemudian yang kedua penggunaan berbagai moda selama pembelajaran, memberikan instruksi yang jelas dan eksplisit, dan memanfaatkan alat bantu seperti pengatur grafis atau daftar cek.
Kelima, merespon terhadap berbagai jenis pertanyaan yang diajukan siswa, dan memberikan pertanyaan kepada siswa. Ketujuh, siswa diarahkan untuk menganalisis, sintesis, mengevaluasi, dan meringkas isi teks.
“Strategi literasi perlu dimodelkan berkali-kali dengan berbagai jenis teks sampai siswa dapat melakukannya sendiri,” Ujar dosen Fakultas Bahasa dan Seni tersebut.
Selaras dengan hal tersebut, dalam materinya Kisyani menambahkan bahwa salah satu kunci keberhasilan penerapan strategi literasi adalah dengan memilih strategi yang paling diperlukan untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks.
Tim PKM LPPM UNESA bersama pihak SMP Islam Terpadu At-Taqwa, Surabaya.
Penerapan GESI
Pada sesi materi, Yuni Lestari menyampaikan pemahaman seputar konsep utama GESI dalam pembelajaran. Di antaranya, peningkatan kesadaran terhadap persamaan hak, tanggung jawab, dan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu GESI memiliki konsep untuk meningkatkan kesadaran martabat masyarakat dan kemandirian individu dari semua kelompok sosial, sebagai modal untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Sementara untuk social inclusion, ia menyebutkan bahwa hal itu penting diterapkan untuk membangun hubungan sosial dan menghormati individu serta komunitas. Kemudian untuk menikmati standar kesejahteraan yang dianggap layak di dalam kelompok masyarakat.
Di dalam social inclusion ia menyebutkan ada beberapa hal yang perlu dipahami dari segi kemiskinan, kesejahteraan, ukuran pembangunan, dan kebahagiaan. Kesemuanya itu mencakup tiga aspek yang meliputi kepuasan hidup yaitu berupa kebebasan untuk mengekspresikan kerohaniannya.
Lalu kenyamanan dan kegembiraan sebagai warga negara, dan penerimaan sosial terhadap suatu kelompok komunitas. “Tujuan kita dari PKM ini adalah terwujudnya pembelajaran yang berbasis GESI pada setiap lini pendidikan,” ucapnya.
Tak hanya itu, dosen Administrasi Negara itu juga membahas sudut pandang anak-anak terhadap gender, keseharian anak-anak di sekolah maupun di rumah yang secara tidak langsung berinteraksi dengan lawan jenis, hingga pengenalan peran gender bagi remaja.
Selain itu ia menyampaikan konsep jenis kelamin, perbedaan antara gender dan sex, pernyataan yang keliru terhadap pengertian kodrat/takdir, dan beberapa hal seputar ketidakadilan gender yang meliputi marginalisasi, subordinasi, dan stereotipe.
Tim PKM LPPM UNESA bersama para guru SMP Islam Terpadu At-Taqwa, Surabaya.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pada materi lain, Riki Nasrullah menyampaikan seputar pembelajaran berdiferensiasi. Dosen Fakultas Bahasa dan Seni tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses yang komprehensif dan fleksibel yang mencakup perencanaan, persiapan dan penyampaian pengajaran untuk mengakomodasi keragaman kebutuhan belajar murid di dalam kelas.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru mempertimbangkan siapa yang mereka ajar, apa yang mereka ajarkan, di mana mereka mengajar, dan bagaimana cara mereka mengajar. Dalam praktiknya, imbuh Riki, pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada asesmen. Yakni asesmen formatif yang memungkingkan pendidikan untuk mengenal peserta didik dengan lebih baik.
Tujuan dilakukannya pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk mengembangkan keterampilan dalam merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu metode ini mendorong refleksi dan penyesuaian berkelanjutan dalam pengajaran untuk mengakomodasi keragaman peserta didik.
“Tujuan dilakukannya pembelajaran berdiferensiasi adalah memahamkan pendidik agar mencapai target pembelajaran dengan lebih baik,” ujarnya.[]
***
Reporter: Putra (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim PKM LPPM UNESA
Share It On: