Menyusul penetapan Unesa sebagai kampus inklusif oleh Mendikbud pada 29 Agustus 2013, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) mengadakan Pelatihan Relawan Pendamping Mahasiswa Disabilitas. Upaya ini sekaligus untuk menyambut dibukanya Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa. Penetapan itu juga berdampak pada fasilitas dan infrastruktur di lingkungan kampus yang ramah terhadap keterbatasan mahasiswa disabilitas yakni seperti dibangunnya tangga khusus kursi roda di beberapa gedung di FIP termasuk ruang PSLD yang berada di gedung O-5, lantai 1 FIP.
Pelatihan ini diikuti oleh 60 mahasiswa S-1 hingga S-3. Mereka siap menjadi relawan mahasiswa disabilitas di Unesa. Perlunya inklusi dalam pendidikan tinggi termasuk di Unesa untuk mahasiswa disabilitas maka pembangunan di Unesa harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk para mahasiswa disabilitas, ucap Dekan FIP, Drs. I Nyoman Sudarka, M.S. dengan tegas. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Warsono, M.S. sebagai pembuka pelatihan tersebut juga berpesan bahwa percuma bila pangkatnya tinggi tapi tidak punya jiwa sosial, karena itulah semua orang tanpa terkecuali orang disabiliti patut bersyukur apa yang telah Tuhan berikan kepada para manusia dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersebut.
Setelah acara dibuka, dilanjutkan dengan membagikan karangan bunga kepada sembilan para mahasiswa disabiliti jenjang S-1 hingga S-3 yang hadir dalam acara tersebut. Lalu dilanjutkan dengan persembahan dari para mahasiswa disabiliti yaitu Kiki dan Eka, mereka berdua adalah tunanetra. Kiki, mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) 2010 bisa bermain piano dengan sangat indah. Tidak hanya itu, suaranya juga sangat merdu. Eka pun juga sama, mahasiswa jurusan Sendratasik 2012 bisa bermain biola dengan sangat cantik dan suaranya yang sangat indah saat berduet dengan Kiki.
Saat pelatihan berlangsung, para relawan dikenalkan tentang huruf braille dan software JAWS (Job Access With Speech). Huruf Braille adalah huruf untuk para tunanetra dan software JAWS adalah salah satu software khusus untuk para tunanetra agar bisa mengoperasikan komputer. Materi ini dijelaskan oleh Zainul Muttaqin, S.Ag, M.Pd., MA. Beliau pun seorang tunanetra. Selain itu para peserta juga diajarkan sekilas tentang SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Drs. Sumarman, M.Pd sangat menyenangkan dan membuat para peserta sangat antusias dalam mempelajari SIBI karena penjelasannya melalui nyanyian sehingga sangat mudah dipahami. Sementara itu, Drs. Wahyudi Hartono, M.Pd. menjelaskan tentang orientasi mobilitas terhadap pelatihan ini yang diharapkan agar para relawan tidak putus asa.
Menjadi relawan untuk orang disabilitas sangat sulit tanpa adanya pelatihan dan orientasi dengan tekun dan tepat. Buktinya saat mempelajari tentang SIBI, salah peletakan tangan bisa mempengaruhi arti yang dimaksudkan. Itulah kenapa pak Sumarman selalu mengingatkan kepada para relawan untuk selalu memperhatikan tangan mereka sama dengan memperhatikan ucapan mereka terhadap lawan bicara, apalagi lawan bicara mereka adalah tunarungu. Dengan mantap slogan PSLD bersama peduli disabilitas selalu diutarakan agar para relawan makin semangat.
Seharian penuh pada Sabtu (14/15/2013) para peserta benar-benar difokuskan pada pembelajaran SIBI karena materi SIBI lebih rumit daripada materi lainnya. Sejak siang hingga sore hari para peserta diajak latihan untuk bernyanyi sebuah lagu dengan SIBI. Lagu yang berjudul Jangan Menyerah mereka persiapkan khusus untuk kegiatan Jalan Sehat yang dilaksanakan kemarin (15/12/2013) dan hari Dies Natalis ke-49 Unesa. Pak Sumarman, Lala (mahasiswa PLB 2010), dan Alfan (mahasiswa disabilitas tunarungu) menuntun para peserta agar bisa benar-benar menyiapkan diri dalam mempelajari SIBI melalui lagu yang dipopulerkan oleh D Masive itu. Acara ditutup dengan pesan dari Pembantu Dekan I FIP, Drs. Sujarwanto, M.Pd., Selama kita masih bernafas marilah kita saling membantu karena ini bisa jadi termasuk jalan menuju ke surga. (Ayu/Byu)
Share It On: