Wakil Rektor III UNESA bersama Direktur Inovasi, Pemeringkatan dan Publikasi Ilmiah serta PIC SDG13 mengikuti pertemuan Internasional di Baku Azerbaijan.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Membangun kesadaran masyarakat terkait perubahan iklim bukanlah sesuatu yang sederhana. Diperlukan sebuah proses dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya. UNESA, sebagai salah satu universitas yang peduli dengan masalah lingkungan merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Hal penting yang tersirat adalah bagaimana membangun konsep pendidikan yang mampu mewujudkan kesadaran masyarakat dalam menjawab tantangan perubahan iklim. Partisipasi UNESA dalam THE University Impact Forum yang diselenggarakan di State Oil and Industry University Baku-Azerbaijan pada 11-12 September 2024 menjadi bukti nyata keseriusan UNESA dalam mewujudkan SDG 13 tentang climate action.
Wakil Rektor III Bidang Riset, Inovasi, Pemeringkatan, Publikasi dan Science Center UNESA, Bambang Sigit Widodo mengatakan bahwa kampus ‘Rumah Para Juara’ siap berpartisipasi bersama masyarakat dalam menyelesaikan masalah perubahan iklim global. Agenda tahunan dunia yang dibuka oleh Emin Amrullayef, Menteri Sains dan Pendidikan Azerbaijan memberikan insight penting bahwa masalah perubahan iklim merupakan masalah bersama dan menjadi tanggung jawab bersama dalam menyelesaikannya.
“UNESA cukup optimis mampu menguatkan capaian SDG 13 khususnya dalam pemeringkatan THE Impact Ranking tahun berikutnya. Pak Rektor Cak Hasan juga mendukung dengan diinisiasi adanya SDGs center di UNESA mulai tahun 2025,” ucap dosen yang homebased di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) itu.
Guru besar sekaligus Direktur Inovasi, Pemeringkatan, dan Publikasi Ilmiah, Nadi Suprapto melanjutkan, forum diawali dengan sesi opening panel yang membahas seputar alasan urgensinya SDG 13 bagi tujuan-tujuan yang lain. Sesi awal yang di moderatori oleh Nigar Arpadarai (UN-climate change high level champion COP 29 Azerbaijan) memfokuskan pada dua hal penting.
“Yaitu dampak perubahan iklim terhadap tujuan SDG yang lain serta bagaimana universitas dapat menggunakan pengaruhnya terhadap pemangku kepentingan lainnya dan menjadi duta dalam mitigasi perubahan iklim,” ucapnya.
Para panelis sepakat bahwa perubahan iklim merupakan masalah yang sangat serius dan harus bisa diselesaikan dengan baik demi masa depan generasi. Adam Jageillo-Rusilowski, Direktur Akademik Innocamp PI Polandia menyampaikan bahwa masalah perubahan iklim merupakan masalah besar dan harus menjadi passion bagi generasi muda. Artinya gaya hidup masyarakat harus memperhatikan dampak iklim yang ditimbulkan.
Selanjutnya, Christine Ozden (Global director of climate education Cambridge University Press and Assessment) sebagai salah satu panelis menyampaikan perlu adanya inovasi dalam pendidikan perubahan iklim melalui kolaborasi internasional, pengembangan metodologi penelitian terkait perubahan iklim, penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan pengembangan kurikulum tentang perubahan iklim.
Julia Selxas (Pro rector NOVA University Lisbon) menambahkan perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang masalah iklim dan bagaimana menyelesaikannya. Hal ini senada dengan salah satu hasil penelitian yang dimuat pada //kneopen.com/KnE-Social/article/view/16004/ yang menyatakan bahwa penguasaan konsep mahasiswa tentang perubahan iklim masih rendah. Mahasiswa kurang memahami variabel perubahan iklim dan belum bisa membedakan antara perubahan iklim, pemanasan global, penipisan lapisan ozon, dan efek rumah kaca.
Menurut Julia, pendidikan tinggi memiliki tugas untuk memproduksi material dan sumber belajar untuk mendukung pendidikan perubahan iklim dan perlunya ada komunitas riset interdisipliner dengan melibatkan banyak institusi. Terkait dengan hal tersebut, Christine menambahkan perlunya ada penelitian untuk mendorong pengetahuan ilmiah dan dukungan pimpinan melalui pelatihan, pendidikan, dan lain-lain.
Eko Hariyono (PIC SDG 13 UNESA) menuturkan, berbicara tentang kurikulum, banyak informasi menarik yang diperoleh dalam kegiatan diskusi panel tersebut. Pada kesempatan itu Eko Hariyono mempertanyakan bagaimana mendesain kurikulum perubahan iklim dan bagaimana melibatkan para pemangku kepentingan dalam mendukung pendidikan perubahan iklim di perguruan tinggi.
Pertanyaan ini sontak mendapatkan respon yang sangat menarik dari para panelis. Semua panelis menyampaikan bahwa masalah perubahan iklim merupakan masalah penting dan mereka turut bertanggung jawab terkait dengan dampak iklim di Azerbaijan, sehingga mereka meluangkan waktu untuk memberikan ide dan gagasan terkait isu perubahan iklim dan solusinya yang kemudian dituangkan dalam bentuk kurikulum Perguruan Tinggi di Azerbaijan.
Seiring dengan kegiatan tersebut UNESA kembali mendapat undangan menghadiri United Nations Climate Change Conference or Conference of the Parties of the UNFCCC yang sekarang dikenal sebagai COP 29 di Baku Azerbaijan pada 11-22 November 2024. []
***
Penulis: Nadi Suprapto, guru besar sekaligus Direktur Inovasi, Pemeringkatan, dan Publikasi Ilmiah UNESA.
Foto: Delegasi UNESA untuk THE University Impact Forum
Share It On: