www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Ada banyak cara menyemarakkan bulan pendidikan, salah satunya bisa dengan menyelenggarakan Webinar Internasional dengan tema “Education Overview: Comparison of Education Systems Around the World” pada Kamis, 11 Mei 2023.
Kegiatan yang diikuti mahasiswa sarjana, magister dan doktor ini dihadiri sejumlah pembicara dari berbagai negara di antaranya, Hagar Ali (Universitas Kairo Mesir), Mrs. Bencharat Srisasamout (Direktur Pendidikan di Padangbesar, Thailand), dan Lakkoji Narendra Kumar (Centurion University of Technology and Management, India).
Selain itu, juga ada Md. Rabiul Islam Khulna (University of Engineering and Technology, Bangladesh), Mr. Ali Talik Ceikbas dari Turki dan Arif Rahman Hakim, Ph.D., dari UIN Bengkulu. Adapun pembicara pembuka yaitu Syunu Trihantoyo, M.Pd., dan dihadiri Dr. Nunuk Hariyati, S.Pd., M.Pd., Koordinator Prodi S-2 Manajemen Pendidikan UNESA dan Dr. Erny Roesminingsih, M.Pd., Koordinator Prodi S-3 Manajemen Pendidikan UNESA.
Pada sesi pembahasan, Arif Rahman Kasim menjelaskan mengenai kurikulum merdeka serta peranan teknologi dalam dunia pendidikan. Baginya, Indonesia berulang kali mengganti kurikulum pendidikan untuk menemukan sistem pendidikan yang sesuai dengan masyarakat Indonesia. Saat ini, pemerintah menetapkan kurikulum merdeka sebagai sistem pembelajaran.
Kurikulum ini dalam implementasinya tidak lepas dari pemanfaatan teknologi digital. Menurutnya, teknologi digital semakin terjalin dengan adanya upaya peningkatan metode pengajaran, akses pendidikan serta pelatihan yang berkualitas.
"Sistem merdeka belajar ini saya kita lebih memberikan pelajar dan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar dan mengembangkan diri sesuai minat-bakarnya. Salah satu jalan untuk itu ialah terbukanya kesempatan kuliah di luar negeri lewat beasiswa baik dari pemerintah maupun mitra," ucapnya.
Rabiul Islam Khulna menyampaikan bahwa di Bangladesh, beberapa anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena sudah dipaksa untuk bekerja. Menurut data UNICEF, hanya 19 persen anak usia 3-5 tahun yang mengikuti program pendidikan anak usia dini.
"Data menunjukkan bahwa semakin tua usia mereka, semakin banyak anak putus sekolah. Bagi anak perempuan, hal ini sering terjadi karena perkawinan anak, dan bagi anak laki-laki, hal ini sering disebabkan oleh pekerja anak," ucapnya.
Pada sesi berikutnya, Erny Roesminingsih membahas mengenai pendekatan manajemen pendidikan yang memerlukan adanya manajemen perubahan. Tanpa ada upaya dan pendekatan yang baik, sesuai dengan prinsip manajemen pendidikan, tentu itu akan membutuhkan waktu dan pengorbanan yang banyak.
Maka dari itu, tujuan dari manajemen pendidikan adalah untuk mengelola dengan segala macam perubahan untuk efisiensi dan efektivitas pendidikan. Beberapa manajemen perubahan yaitu, Rasional-Empiris, Normatif-Reeducational, Power-Coercive, Environment- Adaptive.
"Di dunia ini pasti ada perubahan dan kita harus adaptif terhadap perubahan-perubahan yang ada. Pada intinya hidup itu merupakan perubahan, dan kekuatan itu diperlukan untuk melakukan perubahan yang lebih baik," tutupnya. []
***
Penulis: Lina Lubaba
Editor: @zam Alasiah*
Share It On: