www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA – Sebanyak 40 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Unesa ikut ambil bagian menjadi personel khusus steward (petugas pelayan) dalam perhelatan pertandingan piala dunia U-17 di Gelora Bung Tomo (GBK) Surabaya.
Steward dalam perhelatan sepakbola modern memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam mengamankan dan melancarkan pertandingan sepak bola. Mereka hadir di tribun, di pinggir lapangan, dengan rompi khusus sebagai tanda pengenal. Sementara polisi berjaga di luar stadion, tidak di dalam lagi seperti sebelumnya.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd, M.Kes mengapresiasi keterlibatan para mahasiswa dalam event bergengsi piala dunia kelompok umur itu.
“Steward itu menjadi garda terdepan dalam ikut mengamankan dan melancarkan pertandingan, kerena itu keterlibatan mereka, tentu menjadi pengalaman berharga,” ungkapnya.
Salah satu Mahasiswa Unesa yang mejadi bagian dari personel steward adalah Rafika Firdani Auliya, mahasiswi Program Studi S1 Pendidikan Olahraga FIKK. Dia ikut andil dalam kepanitiaan di ajang FIFA World Cup U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Sebagai steward atau petugas keamanan sepak bola, Rafika memiliki tugas mengawasi suporter selama pertandingan berlangsung dan berwenang melakukan pengecekan secara intens atas barang bawaan yang dibawa masuk oleh suporter.
Sebelum bertugas sebagai steward, ungkapnya, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi saat seleksi. Seperti tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuh, hingga mata yang tidak minus dan buta.
Selain itu, tambahnya, hal terpenting yang harus dimiliki oleh seorang steward sepak bola adalah ketegasan, taat seluruh peraturan dan SOP, memiliki tubuh yang porposional dan ideal.
“Berani mengambil keputusan, serta mampu menegur suporter dengan cara yang sopan,” tandasnya.
Dia menambahkan, ada tiga sebaran utama steward selama pertandingan berlangsung yakni penjagaan di pintu gate atau gerbang utama untuk checking penonton, di tribun atas, dan tribun bawah.
“Untuk tribun atas itu sangat dinamis karena bisa sekalian menyaksikan pertandingan, tapi penjaga tribun bawah sangat jarang dapat kesempatan melihat pertandingan yang berlangsung,” ungkapnya.
“Mau tidak mau ya harus dijalani, namanya juga tugas dan tanggung jawab” tambahnya.
Selama bertugas dia merasa bersyukur dan bangga dapat menjadi bagian dalam sejarah Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-17. Baginya tak masalah meskipun hanya sebatas event kelompok umur, sebab dapat tampil di ajang World Cup saja itu sudah sangat membanggakan.
Momentum lain yang cukup menguji mental dan kesabaran, ketika harus menghadapi penonton atau suporter yang ngeyel dan tidak taat peraturan. Sejauh ini, dia masih mendapati suporter yang kepergok membawa rokok dan vapor, bahkan ada yang sampai diinjak atau dihancurkan secara paksa kedua barang tersebut akibat sering tak menghiraukan peringatan dan teguran.
“Banyak dari para suporter yang menganggap acara ini masih di bawah peraturan PSSI. Padahal, ini agenda FIFA. Seluruh peraturan atau regulasi pertandingan di dalam stadion kita berkiblat ke FIFA, bukan PSSI lagi,” tegasnya.
(**)
Penulis: @Saputra, Basyir
Editor: Basyir Aidi
Share It On: