www.unesa.ac.id
Dalam kegiatan ini SP Team memiliki inovasi yang kreatif dan berbeda dengan peserta lainnya. mereka mengangkat ide dengan membuat alat bernama ASIAP (Alat Reduksi Polusi dan Asap) berbasis Cataltic Converter. Tujuan mereka dalam menggagas ide ini adalah untuk mereduksi asap dan polusi akibat terjadinya karhutla di Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia yang terdampak bisa terhindar dari bahaya gangguan pernapasan akibat asap karhutla.
“Alat ini bisa membakar partikulat sampai hilang dan mengubah gas-gas beracun dri karhutla seperti CO, HC, dan NOx menjadi CO2 sehingga jauh lebih aman,” jelas Prahoro.
Ide yang diikutkan LKTIN tergolong ide baru, belum pernah ada model alat reduksi asap untuk karhutla. Ditambah latar belakang permasalahan mereka adalah terkait karhutla yang merupakan masalah yang sedang hangat dan viral sehingga menjadi poin penting untuk mereka menyabet Juara 2 LKTIN AGROFEST 2019.
Kalau untuk Best Design LKTIN AGROFEST 2019, mereka mendesainnya ala-ala poster PIMNAS. Indikator penilaiannya mencakup komunikatif, jelas, sesuai, mudah dipahami, ditambah dengan penilaian jumlah like di sosial media.
“Sebenarnya jumlah like untuk poster kami masih kalah dengan universitas lain, tetapi karena desain kami ternyata diminati dewan juri karena ala-ala PIMNAS. Kami meniru gaya poster dari juara-juara PIMNAS sebagai referensi sehingga poster kami akhirnya dinobatkan sebagai Best Design,” tambahan Prahoro.
Sebagai informasi gelaran ini diikuti sembilan finalis lomba yang terdiri dari tujuh universitas. Pertama dari Universitas Brawijaya (UB) 2 tim, Universitas Gadjah Mada (UGM) 2 tim, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) 1 tim, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1 tim, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) 1 tim, Universitas Diponegoro (UNDIP) 1 tim, dan Universitas Negeri Semarang (UNNES) 1 tim. (Madina/why)
Share It On: