www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA—Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali menyelenggarakan International Conference on Language and Cultures (ICLC) secara hybrid di Ruang Pertemuan, Lantai 2 T14, FBS, Kampus Lidah Wetan, pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Konferensi ini mengusung tema 'The Role and Implementation of Languages and Arts in Maintaining a Culture Towards the 5.0 Era'.
Sejumlah pakar dari Malaysia hingga Finlandia mempresentasikan gagasan dan hasil riset mereka dalam konferensi yang memasuki tahun ketiga itu. Ada beberapa subtema yang dibahas mulai dari linguistik, literatur, human-technology interaction hingga digital humanities.
Sebagai pemateri, hadir sejumlah pakar UNESA yang bersanding dengan pakar dari Malaysia dan Finlandia. Mereka adalah Prof. Dr. Subandi, M.A dari FBS UNESA; Assoc. Prof. Ahamad Tarmizi Bin Azizan, pendiri Southeast Asian Digital Art Association (ASEDAS) dari Universiti Malaysia Kelantan (UMK); dan Prof. Dr. Matti Pohjonen dari Helsinki Institute for Social Sciences and Humanities (HSSH), University of Helsinki, Finlandia.
Pada kesempatan itu, Ahamad Tarmizi Bin Azizan menyampaikan tentang ‘Fusion of Art and AI: Crafting Culture in The 5.0 Era’. Dia banyak menjelaskan tentang konsep dari AI itu sendiri, mengoperasikannya dengan konteks Malaysia, serta sejarah perkembangan AI
www.unesa.ac.id
Dia juga menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan dan menyikapi kehadiran AI dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pembuatan karya visual maupun teks. “Kebijakan strategis diperlukan untuk menyeimbangkan inovasi AI dengan pelestarian budaya dan pertimbangan etika,” ucapnya.
Pada sesi berikutnya, Matti Pohjonen menyampaikan tentang “Digital Humanities its Impact on Cultural and Arts Studies”. Dia menyoroti tiga pembahasan, yakni humaniora digital dan data fikasi, penelitian humaniora digital dalam praktik penelitian, dan tantangan humaniora digital bagi pembelajaran budaya dan seni.
Dia menyatakan, ada cara baru untuk belajar budaya dan seni dengan berdasar pada jejak digital yang membuka kesempatan untuk penelitian baru yang menggunakan data berskala besar.
Melalui data tersebut, akan timbul metode baru yang dikembangkan menjadi berbagai disiplin ilmu yang berbeda untuk menambah wawasan. “Peningkatan dalam metode komputasi memungkinkan lebih banyak wawasan ke dalam konteks analisis dengan lebih banyak data,” ucapnya.
Di hadapan peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen itu, Subandi menyampaikan fakta bahwa media digital bisa menjadi sumber data penelitian kebahasaan. Selain itu, dia juga menjelaskan pendekatan-pendekatan apa saja yang bisa dilakukan untuk meneliti bahasa dalam media digital. Dengan begitu, mahasiswa akan mendapat wawasan dan pengalaman baru.
***
Dalam sambutannya, Dekan FBS, Syafi’ul Anam, Ph.D., menyampaikan, kegiatan ini merupakan acara tahunan sebagai wadah bertukar pikiran dan hasil riset. Dia mengajak para peserta untuk bereksplorasi secara kolektif melindungi dan memajukan kekayaan budaya. “Ini komitmen kita bersama untuk memajukan kebudayaan di era 5.0 ini,” ujarnya.
Sementara itu, ketua pelaksana, Ajeng Dianing Kartika, S.S., M.Hum, mengungkapkan bahwa kegiatan ini memasuki tahun ketiga. Sesuai dengan temanya, tujuan agenda ini untuk mengakomodasi artikel-artikel dari dosen dan mahasiswa, pun memfasilitasi implementasi gagasan dan temuan dalam kehidupan nyata.
“Sesuai rencana awal kami bahwa artikel yang masuk dalam konferensi ini tidak hanya dipresentasikan, tetapi juga akan dipublikasikan di prosiding ber-ISBN yang terindeks Google Scholar,” ucapnya. []
***
Tim Reporter: Aji Permadi/Fadina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: