www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Pembelajaran di SMK banyak menggunakan model teaching factory (TeFa) atau pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri kini dan nanti. Namun, tidak semua SMK menerapkan model pembelajaran tersebut, yang sudah menerapkan pun belum maksimal.
Atas dasar itulah, tim dosen S-3 Pendidikan Vokasi UNESA mengadakan workshop Pembelajaran Model TeFa untuk para guru SMK di Kabupaten Nganjuk. Kegiatan dilaksanakan mulai 5 Oktober 2021 di SMKN 3 Nganjuk yang dihadiri puluhan guru dari berbagai sekolah negeri dan swasta.
Dr. Ratna Suhartini, M.Si, salah satu tim pelaksana menyatakan bahwa workshop tersebut dilaksanakan secara daring dan luring dengan berfokus pada persiapan tata kelola dan penyusunan dokumen TeFa. Pengembangan pembelajaran TeFa yang mereka latih tersebut berbasis kearifan lokal Kabupaten Nganjuk.
Woskshop tersebut terdiri dari kegiatan utama yaitu penyampaian materi yang terdiri dari; 1) pengembangan teaching factory; 2) pengelolaan teaching factory; 3) perangkat pembelajaran teaching factory; 4) asesmen dalam pembelajaran teaching factory; 5) marketing e-commerce.
Adapun tujuan kegiatan tersebut yaitu; pertama, meningkatkan potensi produk-produk kearifan lokan yang dihasilkan SMK di Kabupaten Nganjuk; kedua, meningkatkan kualitas proses pembelajaran teaching factory SMK di Kabupaten Nganjuk.
Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd., tim pelaksana juga menyatakan bahwa TeFa merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri. Dengan kata lain model tersebut membawa suasana dan standar industri ke dalam kelas dengan harapan peserta didik bisa menghasilkan karya sesuai standar pasar atau industri.
Dia mamaparkan hasil survey timnya, Kabupaten Nganjuk memiliki 52 SMK, rinciannya, 8 SMKN dan 43 SMKS. Dari jumlah itu, tidak semua SMK melaksanakan pembelajaran model TeFa. Faktornya mulai dari pembiayaan dan faktor pemahaman serta keterampilan para guru tentang implementasi TeFa.
Menurutnya, secara potensi, SMK di Nganjuk sangat potensial untuk menerapkan TeFa, mulai dari SDM, kurikulum, bengkel, manajemen hingga potensi daerah sangatlah mendukung. “Karena itu kami beri pelatihan TeFa dengan memanfaatkan potensi daerah atau kearifan lokal di sana (Nganjuk, red),” tuturnya.
Dia berharap, lewat pelatihan tersebut, para guru dan SMK di Nganjuk dapat meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran serta menjadikan TeFa sebagai bagian dari program utama. Kemudian, sekolah mampu mengarahkan peserta didik untuk berkarya sesuai standar industri atau perusahaan.
Secara tidak langsung, model tersebut dapat memberikan manfaat secara ekonomi baik bagi sekolah maupun siswa. “Kita harapkan bersama tentunya, para siswa kita dapat belajar dan menguasai kompetensi yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja industri yang sesungguhnya,” ujarnya. Dalam pelaksanaan pelatihan tersebut, dosen yang terlibat yaitu Prof. Dr. Ekohariadi, M.Pd., Dr. Ratna Suhartini, M.Si serta dibantu beberapa mahasiswa S3 Pendidikan Vokasi UNESA. [Humas UNESA]
Penulis : Tim PKM - Zam
Editor : @zam
Sumber foto : Tim PKM
Share It On: