Prof. Mutimmatul Faidah, M.Ag, Direktur PPIS UNESA saat memberikan paparan kepada para guru SMPN 45 Surabaya
Unesa.ac.id – Sekitar 60-an guru SMPN 45 Surabaya mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) mengenai strategi pendampingan tindak kekerasan yang diselenggarakan di lantai 9 Auditorium Gedung Rektorat UNESA pada Rabu, 10 Juli 2024.
Bimtek yang diselenggarakan bersama Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) UNESA itu mengusung tema Transformasi Pembelajaran Berparadigma Baru dan Penguatan Siswa Berkarakter Nir Kekerasan.
Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Mutimmatul Faidah., M.Ag, (Direktur PPIS) yang menyampaikan paparan tentang Over view Paradigma Baru Pembelajaran dan Nir Kekerasan, Iman Pasu Purba., S.H M.H (Kepala Subdirektorat Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) yang memaparkan materi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah.
Selain itu hadir pula, Wiryo Mulyana, M.Pd yang menyampaikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi dan Nanda Audia Vrisaba, M.Psi, Psikolog yang menjelaskan materi Strategi Pendampingan.
Dalam paparannya mengenai strategi pendampingan, Nanda menyampaikan bahwa kekerasan pada anak memiliki empat dampak. Pertama, dampak fisik berupa luka, memar, lebam, patah tulang, cacat dan kesakitan hingga kematian. Kedua, dampak psikis atau mental berupa gangguan mental, perasaan rendah diri, terhina, terpuruk, perasaan ketakutan.
“Ketiga, dampak sosial berupa gangguan menghadapi hubungan dengan orang lain, terisolasi, dan merasa dikucilkan. Dan, yang keempat adalah dampak ekonomi berupa biaya pemulihan kondisi diri hingga kerugian material ketika mendapat pemerasan,” terangnya.
Peserta Bimtek melakukan diskusi problem solving dalam upaya mencari strategi pendampingan kasus-kasus kekerasan
Nanda menjelaskan, terhadap korban kekerasan, pendampingan sangat diperlukan. Sebab, pendampingan itu bertujuan memberikan respon yang tepat untuk bisa membantu korban, menstabilkan kondisi emosi korban dan memberdayakan mereka, menghubungkan korban kepada pihak yang sesuai untuk membantunya. “Dan, lebih ke pertolongan pertama agar kondisi korban tidak semakin buruk,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan Nanda, setidaknya ada lima hal yang menjadi prinsip pendampingan. Pertama, terkait keselamatan korban respon yang diberikan haruslah mementingkan kondisi korban dari fisik, psikis, dan kesejahteraan korban. Kedua, persetujuan korban. Segala yang akan dilakukan harus atas dasar persetujuan dari korban. “Kita perlu untuk menghargai hak, martabat, dan harapan pribadi korban,” bebernya.
Ketiga, prinsip non-diskriminasi. Artinya, tidak boleh membedakan korban satu dengan lainnya. Semua korban harus diberikan pelayanan yang sama. Keempat kerahasiaan. Hal ini diperlukan untuk menjamin kerahasiaan laporan yang didapatkan, sehingga yang boleh dan berhak tahu hanya pihak yang berkepentingan saja.
“Dan, yang kelima tahu batasan diri. Saat melakukan pendampingan, perlu untuk memahami dan menyadari batasan diri, sejauh mana dapat melakukan pendampingan dengan kondisi korban,” beber dosen psikologi UNESA itu.
Kepala Sekolah SMPN 45 Reny Indaryati, M.Pd menjelaskan, kegiatan itu bertujuan untuk memberikan bekal kepada para guru SMPN 45 Surabaya agar memahami ilmu dasar mengenai karakter anak, sehingga nanti sekolah bisa mengimplementasikan penguatan itu di sekolah.
Lebih lanjut Reny mengatakan, siswa SMPN 45 memang kebanyakan berasal dari kondisi ekonomi dan pendidikan orang tua yang belum tinggi, sehingga tentu punya pengaruh terhadap karakter anak. Karena itu, perlu memberikan penguatan pendidikan karakter di sekolah agar mereka bisa nyaman bersekolah dan memiliki karakter yang baik.
"Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan penguatan kepada para guru, sehingga jika menemukan kekerasan ataupun yang lainnya bisa melakukan tindak lanjut untuk membantu dalam pendampingan sesuai dengan usia mereka," terang Reny.
Kepala SMPN 45 Reny Indaryati, M.Pd mengikuti dengan seksama kegiatan Bimtek di Auditorium Lantai 9 Gedung Rektorat Kampus 2 Unesa Lidah Wetan.
Sebagai kepala sekolah, Reny juga berharap, ilmu yang sudah didapatkan melalui bimtek ini dapat diimplementasikan para kepada siswa di sekolah, sehingga akan terbentuk karakter siswa. Pun ketika lulus bisa terus dipertahankan sebagai bekal menuju jenjang pendidikan lebih lanjut, dan ketika terjun ke masyarakat nantinya.
Sementara itu, salah satu peserta Bimtek, Julaikah, M.Pd mengatakan sangat mengapresiasi dan tertarik mengikuti kegiatan tersebut. Dari kegiatan itu, dia dapat mengetahui tentang tindak apa saja yang masuk kategori kekerasan disertai contoh-contoh kasus kekerasan.
"Kegiatan ini tentu sangat bermanfaat ya karena bisa menunjang pembelajara kami di kelas nanti. Kami jadi semakin tahu bagaimana menghadapi dan mendampingi jika ada kasus-kasus kekerasan baik fisik maupun psikis yang terjadi di sekolah,” terangnya.
Selain itu, Julaikah juga senang karena pemaparan materinya juga gamblang, simpel, dan mudah dipahami. Peserta tidak saja diberi pemaparan materi, tetapi juga diajak berdiskusi, berinteraksi, dan melakukan problem solving. "Kami banyak dapat ilmu ya, dan semoga bisa diterapkan ke para siswa nantinya,” bebernya.
Di tempat terpisah, mitra SMPN 45 dari CV Pelita Cahaya Abadi, Susanti mengaku bangga dengan terselenggaranya kegiatan bimtek tersebut. Dia berharap dengan dilaksanakannya bimtek tersebut, para guru menjadi lebih terbuka dengan berbagai perubahan paradigma pembelajaran.
“Semoga dengan bimtek ini, para guru menjadi semakin paham, dan harapannya bisa menekan angka kekerasan di sekolah,” tandas perempuan yang juga alumni UNESA itu. @sir
Share It On: