K-Fest Seminar Chapter 4 menghadirkan dua narasumber dari kalangan media; Retnachrista Rachmawati, Redaktur Harian Disway, dan Agnes Santoso profesional news anchor.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Pengguna media sosial di Indonesia mencapai 139 juta orang per Januari 2024. Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk bermedsos mencapai 3 jam 11 menit setiap harinya. Hal itu diungkapkan dalam laporan "Digital 2024: Indonesia" yang dirilis We Are Social beberapa waktu lalu.
Tingginya pengguna dan frekuensi akses media sosial tersebut, tentu berdampak pada kebutuhan dan perilaku akses informasi masyarakat. Juga berdampak pada sistem tata kelola lembaga pers, dan cara kerja jurnalisme.
Hal itulah yang dibahas Retnachrista Rachmawati, Redaktur Harian Disway, dan Agnes Santoso profesional news anchor dalam K-Fest Seminar Chapter 4 2024 oleh Kece Media by UNESA yang ditayangkan di kanal Youtube Kece Media by Unesa, pada Sabtu, 16 November 2024.
Dalam sesi dengan tema 'Platform Media Sosial sebagai Ruang Publik Digital dan Implikasinya terhadap Jurnalisme' itu, Agnes Santoso mula-mula menjelaskan posisi media sosial yang digunakan sebagai penyalur produk jurnalistik kepada khalayak.
Media sosial bisa membuat khalayak atau pembaca lebih cepat mengetahui suatu pemberitaan. Namun, tantangannya, konten media sosial terlalu singkat, dan padat, serta ada kecenderungan pada konten-konten viral.
Sementara di sisi lain, jurnalisme berpedoman pada kode etik yang tidak asal menerima dan memproduksi berita, tetapi melalui tahapan tertentu yang di dalamnya ada proses konfirmasi dan wawancara.
"Jurnalis punya tanggung jawab membuat berita sesuai kode etik. Sementara masyarakat sebagai konsumen sekaligus produsen informasi tidak punya tanggung jawab itu. Yang penting menarik-viral langsung di-share," ucapnya di hadapan peserta seminar.
Selain medsos, kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga menjadi pekerjaan rumah bagi jurnalisme. Menurutnya, saat ini AI masih belum masif digunakan, karena berhadapan dengan prinsip-prinsip jurnalistik.
"Mungkin suatu waktu AI akan menjadi bagian dari proses menghasilkan berita yang baik. Namun, sampai sekarang, kita belum menemukan rumus AI ini mau diapakan," tukasnya.
Sebagai redaktur, Retnachrista Rachmawati memposisikan media sosial sebagai 'loper digital' yang mempertemukan atau menginformasikan tentang suatu berita agar khalayak atau pembaca mau mengakses berita.
"Media sosial satu sisi sebagai distributor berita kepada pembaca sekaligus untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Itu memang efektif, karena kita tahu sendiri, orang lebih banyak menghabiskan waktunya di medsos," ucapnya.
Dia melanjutkan, pemanfaatan media sosial untuk kerja jurnalisme menjadi angin segar di tengah banyaknya hoaks yang berseliweran. Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk tidak langsung percaya dan share informasi yang tidak jelas asal dan usulnya. Pastikan, informasi itu dikeluarkan pihak atau lembaga yang jelas kredibilitasnya.
Selain itu, masyarakat juga perlu kritis dan kroscek atau recheck kembali terhadap suatu informasi. Selain itu, juga bisa menggunakan layanan yang disiapkan pemerintah atau media pers untuk mengetahui apakah informasi yang diterima itu benar atau hoaks.
Informasi tambahan, Kece Festival atau K-Fest menghadirkan sejumlah kegiatan, diantaranya talkshow yang membahas berbagai hal kaitannya dengan skill digital generasi muda. Sebelumnya, juga ada talkshow tentang public speaking, promosi digital, hingga manajemen event yang dihadiri peserta mahasiswa dan pelajar.[*]
***
Sumber narasi dan foto: https://www.youtube.com/watch?v=JnwuXkl5z8E&ab_channel=KeceMediabyUnesa
Editor: @zam*
Share It On: