www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNESA memamerkan berbagai inovasi media pembelajaran dalam Edutech Festival yang berlangsung pada 5-6 Juli 2022 di Gedung T2 FBS UNESA, Kampus Lidah Wetan, Surabaya. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan jurusan, kurikulum dan inovasi kepada mahasiswa dan masyarakat umum.
Diaz Reyfandi, ketua pelaksana menyatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan yang sempat terhenti selama dua tahun karena pandemi dan mulai berjalan lagi tahun ini. Dia menambahkan, terdapat kurang lebih 70 karya yang dipertunjukan pada kesempatan itu. Ada karya fotografi, media grafis, multimedia interaktif, audio, pun ada media realia.
Mereka membutuhkan waktu satu minggu untuk proses pengumpulan karya tersebut. Selain itu, mereka juga berkolaborasi untuk membuat beberapa modul, di antaranya modul Praktikum Media Grafis untuk Pembelajaran, Pengembangan Media 3 Dimensi, Praktikum Program Televisi, dan Modul Media Pembelajaran, serta Fotografi.
Selain menyajikan berbagai inovasi, juga terdapat beberapa acara seperti beauty class, workshop kepemimpinan, dan pentas seni. Terdapat juga ruangan pemutaran film pendek. “Karya-karya tersebut merupakan hasil tugas kuliah mahasiswa KTP. Film-film yang dihasilkan pun mempunyai makna,” ujar Diaz.
Salah satu film yang mereka garap adalah “Jagadhita” yang bercerita tentang siswa SMA yang menyebarkan berita HOAX di media maya dengan menggunakan akun anonymous. Ada temannya yang berhasil menemukan siapa pemilik akun penyebar hoax tersebut dan mengancamnya akan melaporkan kepada guru BK. Dan siswa tersebut lalu meminta maaf dan berjanji akan memfilter berita-berita yang akan disebarkan.
“Lewat film ini pesannya yaitu bahaya berita hoaks dan pentingnya penyaringan dan verifikasi informasi,” tandas Diaz.
www.unesa.ac.id
Di salah satu layar display, terdapat salah satu karya yang menarik yang bertajuk “Insecure Karya” yang dibuat Muafi Fathi Rizki, mahasiswa KTP angkatan 2020. Terdapat tangan tangan yang berada disekeliling seseorang yang terdapat tulisan di setiap tangan seperti; gini doang?, cupu!, biasa banget!, jelek!, dalan lain sebagainya yang merupakan gambaran dari omongan-omongan orang lain yang membuat batasan-batasan dalam berkarya.
Kepada tim Humas, Muafi menyampaikan, pesan yang ingin disampaikan melalui karyanya, “Jangan menelan mentah-mentah komentar orang tentang karya kita, jadikan kalimat tersebut untuk terus menghasilkan karya yang lebih dan lebih. Komentar yang ada jangan menjadi penghalang untuk tidak percaya diri dengan karya sendiri. Karena, setiap seni pasti memiliki maknanya sendiri”. [HUMAS UNESA]
Penulis: Nabila Arum H.
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Reporter Humas Unesa
Share It On: