Menurut Yulius, suatu institusi yang akan menerapkan ISO 9001 (FMIPA, red) diharapkan memiliki konsistensi di dalam mengelola institusinya sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti visi, misi serta program program yang telah dicanangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Disamping itu, diharapkan ada suatu proses penyempurnaan berkelanjutan (Continual Improvement) terhadap kinerja institusi sehingga kualitas dan out putnya menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu
Institusi bisa memilih untuk menerapkan sekaligus melakukan ISO 9001, walaupun sertifikasi ISO 9001 bukanlah sebuah keharusan. institusi yang memiliki sertifikasi ISO 9001 (saat ini ISO 9001 : 2008) tentu saja memiliki kelebihan bahwa penerapan ISO 9001 secara periodik (saat awal sertifikasi dan setahun sekali surveillance visit) akan di audit oleh Badan Sertifikasi ISO 9001. Kehadiran pihak ketiga tersebut (Badan Sertifikasi) akan mendorong institusi untuk efektif menerapkan dan memelihara ISO 9001 sebagai standart manajemen yang telah dipilihnya. Sedangkan IWA2 sendiri, di dalamnya tidak ada keharusan. IWA2 hanya sebagai guidance. Dalam kesempatan ini, dia menunjukkan form record yang harus dipenuhi atau diminta oleh IWA2, diantaranya curriculum design, report design, dan 48 lainnya. Dia juga menjelaskan tentang karakteristik dokumnetasi yang baik karena dalam IWA2 hanya condong kepada dokumnetasi yang baik saja.
Alasan mengimplementasikan ISO 9001 dan IWA2 diharapkan dapat menghasilkan sistem kerja yang lebih baik, tugas dan tanggung jawab yang jelas, serta dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan secara continue. "Tentunya perlu dirancang sasaran mutu yang memang ditujukan untuk meningkatkan mutu. Bukan sesuatu hal yag semestinya dilakukan, malah di-ISO-kan. Perlu diingat juga bahwa ISO 9001 adalah suatu alat bukan beban tambahan. Jangan sampai malah membuat repot sendiri," begitu ungkap Yulius.
Dia menceritakan beberapa pengalaman penerapan ISO 9001 di institusi lebih merupakan suatu beban administrasi tambahan. Khususnya menjelang audit sertifikasi dan surveillance visit. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak institusi yang menerapkan ISO 9001 tidak konsisten dan hanya membanggakan sertifikat ISO 9001, padahal dalam penerapannya tidak efektif dan bahkan hanya merupakan beban waktu, tenaga dan biaya.
Jika FMIPA akan menerapkan ISO 9001 seyogyanya hal tersebut jangan sampai terjadi karena ISO 9001 sesungguhnya sangat tepat dipergunakan sebagai standart manajemen yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan institusi dan senantiasa dilakukan penyempurnaan kinerja secara terus menerus. Hal ini mutlak harus diawali dengan komitmen para pimpinan di Unesa, diikuti dukungan serta peran aktif para staf tidak hanya di lingkungan FMIPA melainkan Unesa. [Putri Diyanti_Humas]
Share It On: