www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA-Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Republik Indonesia periode 2001-2004, Prof Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, memberikan orasi ilmiah dalam wisuda ke-104 Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Graha UNESA pada Kamis, 17 November 2022.
Di hadapan ribuan wisudawan dan tamu undangan, MKP ketiga RI itu memaparkan data terkait kondisi kemiskinan dan status pembangunan Indonesia. Kemiskinan Indonesia berada di angka 12 persen dari total penduduk pada 2014 dan 9,2 persen pada 2019. Angka di bawah 10 persen ini bagi Indonesia.
Karena pandemi Covid-19, angka kemiskinan berada di 10,2 persen. Status pembangunan Indonesia pun kembali ke level negara menengah ke bawah pada Juli 2022. “Saya percaya, lulusan UNESA mampu menyelesaikan persoalan bangsa ini ke depan lewat peran pentingnya di berbagai posisi dan bidang sekaligus mampu menjawab 10 tantangan pembangunan," ucapnya optimis.
Tantangan Pembangunan
Adapun tantangan pembangunan itu adalah pertama, pertumbuhan ekonomi masih di bawah tujuh persen pertahun. Untuk menjadi negara maju dan makmur, angka pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen per tahun dalam 10 tahun berturut-turut. kedua, tingkat pengangguran dan kemiskinan masih cukup tinggi yaitu 10 persen.
Ketiga, disparitas pembangunan antar wilayah. Keempat, ketimpangan ekonomi terburuk ke-3 di dunia. Kelima, fragmentasi sosial. Keenam, deindustrialisasi, yaitu kondisi negara yang sumbangan sektor manufakturing sudah menurun, tetapi pendapatan per kapitanya belum mencapai 13 ribuan.
"Tahun 1996, sumbangan manufakturing kita Pak Rektor sudah 29 persen. Tahun lalu menurun 20 persen. Padahal pendapatan kita baru 4 ribuan belum mencapai 13 ribu. Ini tantangan dan peluang wisudawan UNESA," ujarnya.
Ketujuh, soal gizi buruk yang serius dan 30 persen anak-anak menderita stunting. Kedelapan, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia baru mencapai 0,72 atau 72. Padahal syarat negara bisa maju dan makmur IPM-nya harus 0,8 atau 80.
"Saya kira UNESA sebagai kampus yang berbasis pendidikan harus berada di garis depan untuk menjawab tantangan pembangunan ini. Apalagi dari 12 LPTK di Indonesia, UNESA salah satu yang terbaik," katanya.
Kecenderungan Global
Ada beberapa tren global yang mempengaruhi kehidupan di dunia, termasuk Indonesia. Pertama, penduduk dunia semakin bertambah. PBB baru saja mengumumkan, penduduk dunia mencapai 8 miliar. Padahal tahun 2011 baru 7 miliar. Dalam 11 tahun, penduduk bertambah 1 miliar. Diprediksi 2100 nanti penduduk dunia mencapai 11 miliar.
"Implikasinya, permintaan terhadap pangan, energi, farmasi, pendidikan, kesehatan dan semua produk jasa akan meningkat," terang Menteri pada Kabinet Gotong Royong itu.
Kedua, perkembangan teknologi seperti internet of things, blockchain, robotik hingga metavers. Ketiga, global warming dan kerusakan lingkungan. Menurut penelitian dari semua lembaga ternama di dunia, ini bisa menurunkan kapasitas bumi dalam menyediakan semua kebutuhan manusia, termasuk pangan, energi dan mineral.
Keempat, tensi geopolitik dunia. Amerika Serikat dengan China, Rusia dan Ukraina dan wilayah rawan lainnya seperti Korea, Laut China Selatan, Afrika dan Timur Tengah. "Kita berterimakasih kepada pemerintah yang berhasil mempertemukan kepala negara termasuk Joe Biden dan Xi Jinping dalam KTT G20. Mudahan ke depan dunia akan damai. Dua negara ini sering manas-manasin dunia," ucapnya.
Kecenderungan terakhir atau kelima yaitu post trush. Orang bebas berbicara di media sosial yang membuat tenggelamnya pakar dan ahli. Implikasinya, hoaks merebak dan masih banyak lagi.
Dari tantangan pembangunan dan dinamika global itu, maka menurutnya Rokhmin perlu pendekatan sistem untuk mewujudkan Indonesia Emas yang maju, adil, makmur dan berdaulat pada 2045.
Profil Lulusan Unggul dan Sukses
Menjadi Indonesia Emas, indikatornya 1) pendapatan penduduk minimal US$ 13.205. Saat ini baru 4.100an. 2) Harusnya tidak ada pengangguran, saat ini ada di angka 7,2 persen. 3) Tidak ada kemiskinan. saat ini angka kemiskinan 10,2 persen. 4) Harus adil. Negara adil jika koefisien gininya di bawah 0,3. Saat ini Indonesia di angka 1,3 sekian.
5) Berdaulat pangan, air, energi dan farmasi. 6) IPM di atas 80 dan sekarang Indonesia di angka 72. 7) Berdaulat secara politik. 8) Kualitas lingkungan hidup harus baik-sangat baik. Sementara sekarang kondisinya buruk-sedang. 9) pembangunan yang berkelanjutan. faktanya sekarang kurang berkelanjutan. 10) Kapasitas teknologi harus di kelas 1, sementara Indonesia masih di kelas 3.
Ada delapan profil lulusan UNESA agar menjadi unggul, sukses dan bahagia. 1) kompeten dalam bidang Iptek. 2) Punya soft skills dan hard skills. 3) Menguasai teknologi digital. 4) Menguasai sedikitnya satu bahasa asing. 5) memiliki jiwa entrepreneurship. 6) Berakhlak mulia dan 7) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. "Saya percaya saudara yang duduk di sini sudah punya ini dan kami tunggu peran penting Anda dalam membawa kemajuan bangsa ini ke depan," tutupnya. [HUMAS UNESA]
Reporter: Ulum Izzati/Amelia
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA
Share It On: