www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, SURABAYA–Confucius Institute (CI) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengenalkan budaya dan bahasa Tiongkok kepada puluhan pelajar SMA Al Islam Krian Sidoarjo di Kantor CI UNESA, Jalan Prof. Dr. Moestopo No.4 Surabaya pada Selasa, 23 Mei 2023.
Direktur CI UNESA, Sueb M.Pd., pada kesempatan ini menyampaikan bahwa kelas pengenalan budaya ini untuk menambah wawasan para siswa anggota Mandarin Club dengan menyuguhkan proses pembelajaran yang nyata dan bermakna karena langsung diajari lǎoshī dari Tiongkok.
Sesuai dengan tugas dan fungsi CI, pihaknya terus berperan menyiapkan wadah pertukaran budaya dan memperkenalkan budaya Tiongkok kepada pelajar dan masyarakat.
"Yang kami harapkan bagaimana para siswa ini bisa termotivasi belajar bahasa dan mengenal bahasa Tiongkok yang menjadi modal mereka dalam membangun karir atau kuliah," ucapnya.
Dia menambahkan, sudah banyak sekolah yang mengikuti kelas di sini, baik dari sekolah yang sudah melakukan kerja sama maupun sekolah yang akan menjajaki kerja sama dengan CI.
Dengan adanya kerja sama yang terjalin, siswa terdata sebagai alumni CI dan mendapatkan rekomendasi dari CI sebagai dokumen penunjang untuk memperbesar kemungkinan masuk ke instansi perguruan tinggi yang ada di Tiongkok.
www.unesa.ac.id
Ika Putri Damayanti, S.Pd., pembina Mandarin Club, menyampaikan bahwa kelas tersebut diharapkan bisa menumbuhkan semangat siswa untuk lebih giat dalam mempelajari budaya dan bahasa Tiongkok. Menurutnya, para siswa sangat antusias mengikuti kelas pengenalan budaya tersebut.
“Semoga ini terus berlanjut dan mereka bisa terus belajar sampai mereka kuliah. Karena nanti banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan jika memiliki kemampuan sesuai syarat yang ditentukan. Salah satu syaratnya tentu aspek kebahasaan," ucapnya.
Dalam kelas kali ini, siswa dibagi menjadi dua kelas untuk memudahkan penyampaian materi. Ada dua penutur asli yang memberikan materi dan satu pendamping di masing- masing kelas. Siswa kelas 10 dan 11 yang mengikuti kelas tersebut terlihat sangat berantusias saat para lǎoshī menyampaikan materi kali ini adalah penulisan shufa.
Shufa atau kaligrafi ala Tiongkok merupakan teknik menulis indah karakter hanzi (aksara Tionghoa) yang menggunakan kertas, kuas, dan tinta sebagai media utama tulisannya.
Ada empat alat yang diperlukan ketika akan menulis shufa yakni kuas tinta (mao bi) yang pegangannya dibuat dari bambu dan kuasnya dibuat dari rambut domba, kelinci, atau bahkan rambut kambing; tinta (mo shui), kertas (xuan zhi) yang terbuat dari kulit kayu atau jerami; dan batu tinta (yan tai) (baca: inkstone).
Dalam menulis shufa, cara memegang kuas sangat menentukan hasil akhir dari tulisan itu sendiri. Dalam kesempatan itu, lǎoshī menjelaskan step-by-step bagaimana cara memegang kuas yang benar. Pertama, ulurkan telapak tangan dengan jempol ke arah atas. Kedua, tekuk jari manis dan kelingking.
Ketiga, letakkan kuas di antara jari tengah dan jari manis. Keempat, pegang dan tahan kuas dengan jempol. Saat memegang, terlalu kuat ataupun terlalu lemah, disesuaikan saja, asal posisi kuas tegak.
Kaligrafi yang tidak hanya berfokus pada seni penulisan tetapi juga karakter seseorang ini memiliki beberapa macam gaya, di antaranya zhuanshu (gaya penulisan segel) , xingshu (gaya penulisan semi-kursif) , kaishu (gaya reguler), lishu (gaya pejabat), dan caoshu (gaya berlari).
Tiap gaya memiliki karakter dan tingkat kesulitan dalam penulisannya tersendiri. Bukan hanya orang asing, warga asli Tiongkok pun terkadang masih kesulitan dalam menulisnya.
Tatiana Dwi Anti, salah satu siswa yang mengikuti kelas kali ini, mengungkapkan kegembiraannya karena menurutnya, belajar menulis kaligrafi Tiongkok kali ini menarik, susah- susah gampang, tapi bangga kalau sudah berhasil menulis dengan benar. []
***
Penulis: Fatimah Najmus Shofa
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Share It On: