www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id, Surabaya-Pusat Pembinaan Ideologi (PPI) Unesa bekejasama dengan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan Pelatihan Daring Pengembangan Ilmu Kepancasilaan pada Selasa (29/07) via zoom meeting mulai pukul 13.00-16.00. Pelatihan diikuti100 peserta dari sekolah dan universitas di Indonesia seperti SMAN 6 Samarinda, Universitas Airlangga, Universitas Boyolali, SMAN 6 Samarinda, Universitas Riau, dan lainnya.
Pelatihan ini menghadirkan beberapa pemateri. Mereka adalah Dr. Heri Santoso, M.Hum, dosen Universitas Gadjah Mada, Dr. Arqom Kuswanjono, M.Hum, Dekan Filsafat UGM dan Prof. Dr. Warsono, M.S, dosen Universitas Negeri Surabaya.
Ketua Pusat Pembinaan Ideologi Dr. Imam Marsudi, M.Si berharap pelatihan itu bermanfaat bagi peserta sebagai garda terdepan dalam penguatan ideologi pancasila di sekolah dan universitas. Menurut Imam Marsudi, peserta yang mengikuti pelatihan ini nantinya diharapkan sebagai penguat ideologi di sekolah dan di universitas untuk membangun pemahaman pribadi dan kolega institusi tentang ilmu kepancasilaan.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd, yang mewakili Rektor Unesa mengajak peserta sebagai pendidik dan peneliti dalam menerapkan 5 butir pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bambang, permasalahan sekarang ini terkait dampak globalisasi dalam membentuk pemikiran mahasiswa dan sifat egoistis pada masa pandemi, sejatinya dapat ditangkal dengan menegakkan kembali 5 butir pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dr. Heri Santoso, M.Hum sebagai narasumber pertama menyampaikan tentang Urgensi Filsafat Ilmu Berparadigma Pancasila bagi Pengembangan Ilmu Kepancasilaan di Perguruan Tinggi. Dalam paparannya, ia mengatakan terdapat banyak problem filosofis dalam pengembangan ilmu pada Perguruan Tinggi di Indonesia dan diperlukan konsep filosofis ilmu yang relevan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Filsafat Ilmu Berparadigma Pancasila sangat relevan untuk menjawab persoalan tersebut, karena berangkat dari persoalan dan filososofi bangsa Indonesia,” ungkap Heri.
Dr. Arqom Kuswanjono, M.Hum sebagai narasumber kedua menyampaikan mengenai Peran Ilmu Kepancasilaan dalam Pengajaran. Ia mengatakan ada dua ilmu kepancasilaan dalam pengajaran yaitu untuk membentuk kepribadian dan untuk mewarnai pola pikir keilmuan yang pancasilais.
“Sebenarnya sedarhana saja, manusia diciptakan memiliki hati sehingga ketika kita memahami pancasila dengan hati dan kebaikan maka kepribadian yang baik akan tertanam di kehidupan, sedangkan pola pikir keilmuan yang pancasilais merupakan pancasila menjadi landasan ilmu yang memiliki etika,” kata Arqom.
Narasumber ketiga, Prof. Dr. Warsono, M.S menyampaikan mengenai Pengembangan Ilmu Kepancasilaan. Menurutnya, dalam mengembangkan ilmu kepancasilaan, manusia harus mengerti bahwa pancasila sebagai paradigma berpikir.
“Faktanya, manusia dikaruniai akal untuk berpikir dan menjadi khalifatullah filardhi, manusia sebagai makhluk sosial yang ada secara bersama-sama, dan manusia sebagai bagian dari alam semesta yang terikat oleh hukum ketidakabadian dan kausalitas,” jelas Warsono. (esti/sir)
Share It On: