www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id - Surabaya, Di tengah maraknya radikalisme, khususnya di kalangan mahasiswa, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) gelar Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) “Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Mahasiswa” dengan mendatangkan narasumber dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., (25/06).
Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Auditorium lantai 6 LPPM Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan ini dibuka langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes., dan dihadiri oleh Ketua LPPM Unesa, Prof. Dr. Darni, M.Hum., Sekretaris LPPM Unesa, Dr. Oce Wiriawan, M.Kes., Kepala Pusat Pembinaan Ideologi, Dr. Imam Marsudi, M.Si., Sekretaris Pusat Pembinaan Ideologi, Ahmad Bashri, M.Si., tim dari Pembinaan Ideologi (Mukhzamilah, M.Ed., Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AlFO., Rojil Bayu Aji Nugroho, S.Hum., M.A., dan M. Syahidul Haq, M.Pd.), Kepala Bagian Kemahasiswaan, Suyanto, S.Psi., M.Pd., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni selingkung Unesa, koordinator mata kuliah Pancasila, Kewarganegaraan, dan Pendidikan Agama Islam, perwakilan dari BEM, DPM, UKM, dan Ormawa.
Dalam sambutannya, Darni sempat menyinggung keberadaan pusat pembinaan ideologi. Hal ini berkaitan dengan maraknya radikalisme yang sekarang berkembang. Media sosial yang seharusnya bisa dijadikan sarana pembelajaran yang baik, disalahgunakan menjadi sarana untuk menyebarluaskan radikalisme. “Itulah mengapa perannya (pusat pembinaan ideologi) menjadi penting, sasarannya bukan hanya mahasiswa, tapi juga dosen, dan tendik,” ujarnya.
Sementara itu, Agus secara langsung mengapresiasi kegiatan ini. Kegiatan ini dinilai sangat efektif, apalagi di bulan-bulan penerimaan mahasiswa baru, yang mana mereka dinilai lebih rentan terpapar radikalisme. Harapannya, melalui kegiatan ini, mahasiswa bisa memahami secara lebih dalam mengenai ideologi pancasila, sehingga mereka memiliki tameng yang kuat ketika banyak pihak-pihak yang ingin “mencekoki” dengan dalil-dalil yang disebarkan, baik melalui media sosial maupun kehidupan di masyarakat, serta bisa membimbing adek-adeknya (mahasiswa baru) untuk tidak terpapar radikalisme. “Adek-adek kalian (mahasiswa baru) akan datang kesini sekitar kurang lebih sekitar 6000 mahasiswa, dan mahasiswa baru itu adalah mahasiswa yang masih awam, kecuali yang asli dari Surabaya. Oleh karena itu Pak Imam, mohon nanti adek-adek ini (peserta workshop) dibimbing bagaimana menangkal radikalisme yang ada di Unesa, terutama nanti ketika kedatangan mahasiswa baru, karena rawan, mahasiswa baru itu sudah diincer oleh para penggemar radikalisme,” ujar Agus.
Imam secara langsung menanggapi apa yang dikatakan oleh Agus. Ia berharap, kedepan, melalui pusat pembinaan ideologi, seluruh warga Unesa memahami betul apa itu yang dimaksud dengan ideologi pancasila.
Sejalan dengan itu, Ahmad Zainul yang menyampaikan materi terkait “Radikalisme di Perguruan Tinggi: Sebuah Tantangan” juga menyampaikan, jika sebagai mahasiswa, kita harus memiliki pandangan yang luas, peduli terhadap lingkungan sekitar, sehingga kita tidak mudah di doktrin dengan hal-hal yang menjurumuskan kita kedalam radikalisme. Selain itu, penting bagi kita untuk memiliki pikiran yang terbuka, pikiran berani mengakui kesalahan dengan menerima masukan dan saran dari orang lain. “Lebih baik kita ini berbuat salah, intinya menyadari bahwa itu salah, daripada kita berbuat salah dan tidak menyadarinya. Kalau orang berbuat salah dan menyadari kalau itu salah, setidaknya secara teori, orang itu akan berubah,” ujarnya. (ay)
Share It On: