Gedung Q-2 Unesa Kampus Gedangan Sidoarjo terlihat padat oleh peserta seminar Penataan Kelembagaan dan Kurikulum bagi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Sekolah Inklusi pagi itu, Sabtu (11/1/2014). Tercatat 377 peserta menghadiri seminar yang berlangsung di kompleks SLB Negeri Surabaya di kampus Gedangan Sidoarjo itu. Mereka yang hadir berasal dari kalangan guru, kepala sekolah, pemerhati ABK hingga mahasiswa. Antusias peserta itu merupakan dampak dari penghargaan yang diberikan Kemdikbud kepada Unesa sebagai kampus inklusi dan pusat rujukan kampus ramah ABK wilayah Indonesia bagian Timur. Pembicara dalam seminar sehari itu adalah Dr Totok Bintoro, M.Pd.; Dr. Praptono, M.Ed.; dan Drs. Sumarman, M.Pd. Drs. Sumarman, M.Pd menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai persamaan hak, yaitu memperoleh pendidikan yang sama ditempat yang sama. Seperti halnya kedua mahasiswa yang bermain musik di pembukaan acara tadi. Mereka dapat merasakan pendidikan seperti orang normal meskipun mempunyai kekurangan secara fisik, begitu pula dengan ABK di sekolah, mereka juga mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan di sekolah inklusi". Senada dengan pernyataan tersebut, Dr. Totok Bintoro, M.Pd. menyatakan bahwa ABK bukanlah suatu penyakit karena ABK merupakan gangguan atau hambatan yang bersifat permanen bukan temporer. Sementara itu, Dr. Praptono, M.Ed. menyampaikan materi yang bagian terakhir yakni materi tentang kurikulum 2013 dalam konteks pendidikan khusus. Saat diwawancarai oleh reporter Humas Unesa, Laili Fitriyah berkata, Saya berharap acara ini dapat menjadi forum sharing tentang pendidikan ABK dan menyatukan persepsi kelembagaan dalam tata kelola kurikulum 2013 untuk ABK sehingga pemerhati ABK dapat melayani ABK sebagaimana mestinya, seperti halnya anak-anak lainnya, ujar Ketua Pelaksana penyelenggaraan seminar ini. (Ari/Lusia/Byu)